Keesokan paginya, Duke memberi tahu jika kita akan menginap lebih lama di sini, dia mengatakan ada urusan yang belum selesai. Kamar tidurku menjadi banyak mainan yang berserakan.
"Urusan apa yang Duke lakukan, kelihatan seakan sangat penting." Pikiranku penuh tanda tanya.
"Jadi kita akan lebih lama disini?" Gumam Polin, dia terlihat lebih lesu dari sebelumnya.
"Iyah begitulah…"
Seseorang mengetuk pintu, Andrian masuk bersamaan dengan seorang pelayan wanita. Penampilannya sederhana, sikap amat sopan, rambut hitam tersanggul, wajahnya yang ramah, dia kelihatan sangat gugup ketika mengenalkan dirinya.
"SE-Selamat si-siang Tuan Muda Rain Vanz de Kany Cahaya Negeri Zafia Kerajaan Negeri Agasthya Ira Ekaraj, sa-saya Farah Carren akan membantu semua keperluan anda." Ucapnya membungkuk pada ku, wajahnya amat tidak asing bagiku padahal kita baru bertemu.
"Aku tidak meminta seorang pelayan." Jawabku pada Andrian, tentu dengan alasan aku sangat amat tidak suka seseorang yang terus mengikuti ku kemanapun cukup Andrian.
"Bukan saya Tuan Muda, tapi Duke yang memintanya."
"Duke? Benarkah? Kurasa Andrian sudah sangat cukup untukku." Aku melirik wanita itu yang kelihatan sangat gugup.
"Tuan saya seorang pengawal personal anda."
"Iyah bukankah itu sudah cukup untuk ku."
"Tuan…" Andrian menghelakan nafasnya dengan berat, dia kelihatan cukup kelelahan ketika harus mengurus semua keperluanku.
Benar saja seharian kemanapun aku pergi pelayan ini mengikutiku, hingga ketika kami sedang berjalan ke halaman belakang di sore hari. Suasana yang sangat tenang berbeda ketika sedang di perkotaan.
"Rain Ayo kita main kejar-kejaran!" Saut Juan seperti biasa.
"Aku hanya mau mencari udara segar saja."
"Ayolah."
Sesampai di halaman belakang anak-anak lain sibuk bermain, sedang ku hanya duduk di kursi taman melihat mereka dari kejauhan dengan sebuah buku.
"Kenapa anda tidak ikut bermain Tuan Muda?" Tanya Farah, berdiri tidak jauh dari bangku taman.
"Karena aku tidak suka."
"Anak-anak biasanya menyukainya? Kenapa Tuan Muda?"
"Dimana Andrian?"
"Tuan Andrian sedang keluar sejenak Tuan Muda."
Beberapa menit kemudian, Pelayan itu kembali membuka perbincangan.
"Tuan Muda apa anda menyukai Desa Artur ini?"
"Lumayan."
"Desa ini tidak seramai dan semaju desa lain tapi tempatnya, suasananya sangat menenangkan, ada beberapa tempat wisata di desa ini selain pasar tradisional." Dia kembali bergumam tentang asalnya "Saya lahir di Desa ini, desa yang sangat indah dan tenang Oh-Tuan, ada serangga di wajah anda."
Plak
Aku menangkis tangannya yang berusaha menyentuh wajahku.
"Jangan sentuh wajahku." Aku tidak berniat memukulnya dengan kuat, tapi ini hanya reflek dari tangan ku.
"Ma-maaf Tuan Muda, sa-saya tadi itu-"
"Lupakan, cukup lakukan pekerjaanmu disini." Dia kembali menundukkan kepalanya dan kembali membisu.
Dedaunan hijau indah dengan langit yang teduh, mereka masih asik bermain. Beberapa jam kemudian Andrian datang menyapaku.
"Selamat Sore Tuan Muda, saya kembali dari panggilan Duke Han."
"Ada apa emangnya?" Tanyaku penasaran.
"Duke meminta penjagaan diperketat, dan mencatat setiap orang keluar masuk mansion."
"Ada apa sebenarnya?"
"Kurasa Duke hanya khawatir dengan anda Tuan Muda."
"Ah benarkah?" Rasanya sangat aneh Duke tiba-tiba menjadi paranoid.
Tidak, kurasa Duke sedang sibuk menangani suatu masalah, bukan sekedar masalah politik biasa. Jika semua keamanan diperketat apa yang Duke takutkan, Verdenrik sudah mati sekarang. Harusnya tidak ada seorang yang perlu ditakutkan.
"Apa terjadi sesuatu?" Gumamku mengarah ke sekelompok organisasi yang mungkin saja bergerak bertujuan sama dengan Verdenrik. Apa ada kaitannya dengan Pahlawan Yuki Raymond rahasia kebangkitannya "Farah tolong ambilkan segelas air. Terimakasih. Andrian ada yang mau ku bicarakan."
"Ada apa Tuan?" Ucapnya mendekat pada ku.
"Cari tau semua mengenai organisasi atau kumpulan orang berlambang naga."
"Untuk apa Tuan?"
"Aku bisa yakin 100% organisasi ini memiliki kaitan dengan Verdenrik, Tepat, kelompok Verdenrik pernah melakukan penembakan, 2 pria lainnya memiliki senjata api berlambangkan naga, ukirannya amat unik. Cari tau siapa dalang dari organisasi ini."
"Baik Tuan Muda, saya akan melakukan sesuai perintah anda."
Malam yang tenang di Desa Artur.
"Tuan Muda apa kalian sudah mendengar berita di desa?" Ucap Farah berbincang ringan pada mereka.
"Ada apa emangnya?"
"Akan ada pasar malam!"
"Pasar Malam!"
"WAH!"
"Hmm"
Terlihat jelas jika mereka sangat tertarik dengan pasar malam ini.
"Kapan?" seperti biasa Juan terlihat lebih semangat dari yang lainnya
"Akan di buka di hari Minggu, 3 hari lagi Tuan. "
"Ayo kita kesana Rain!"
Seketika mereka semua melihat ku dengan tatapan aneh, meminta izin datang ke pasar malam.
"Ayo ayo ayolah" Juan memohon dan memukul lengan ku.
"Hmm Sebenarnya aku rada malas di kerumunan tapi mau gimana lagi yah, mumpung ada kenapa tidak coba." Polin yang keras kepala itu, terlalu gengsi untuk meminta ku ikut dengan mereka.
Pasar malam diadakan 3 hari berikutnya, tepatnya pada hari minggu, setelah meminta izin akhirnya kami semua sampai di pasar malam yang penuh keramaian. Semua orang tersenyum bahagia dari kalangan manapun, kedai makanan yang berjejer meriah, lampu gantung di sepanjang jalan. Tidak kelihatan berbeda dengan pasar malam yang biasanya diketahui banyak wahana hiburan yang bisa di coba.
"Kita coba sana yuk! Kora-kora (Wahana perahu kayu)." Tunjuk Juan dengan semangatnya.
"Ayo!"
"Naik sana? Kita baru saja sampai disini." Jawabku sinis, seketika semua orang melirik ke arahku.
Antrian yang cukup panjang, tawa-teriak ketika menaiki wahana tersebut sejujurnya tidak seburuk apa yang kupikirkan ini cukup menyenangkan.
"HAHA kau Polin kelihatan sangat takut di atas sana!"
"Apa engak! Rain itu!"
"Apa? Mana ada kamu yang duluan teriak yang sangat keras kan."
"Benar-benar…" Dio menganguk menyetujuinya.
"AH! Dio!"
"Aku ikut senang jika Tuan Muda menikmatinya hahaha…" Tawa Farah ikut menikmati suasana.
"Hahah syukur lah, anda perlu istirahat Tuan Muda." Ucap Andrian ikut bahagia melihat ku.
Kami berkeliling sejenak menikmati makanan ringan yang dijual, setiap kali ku berjalan entah mengapa aku merasa ada seseorang yang memperhatikan dari kejauhan namun aku tidak terlalu memperdulikannya karena Andrian berada di sampingku.
"Ada apa Farah?" Tanya Andrian ketika dia berhenti melamun melihat ke arah toko kerajinan kayu yang pernah ku kunjungi, kakek tua yang kehilangan anak perempuannya "Farah."
"Oh maaf saya sedikit kelelahan sepertinya." Dia diam terpaku melihat toko itu cukup lama.
"Anda baik-baik saja?" Mengecek kondisi Farah.
"Ahh saya baik-baik saja, mari Tuan Muda."
Malam makin larut justru pasar malam ini makin lebih meriah, semakin lama kami berkeliling semakin terasa seseorang yang mengikutiku dari kejauhan. Anak-anak lain seakan masih belum puas mereka berkeliling dengan penuh semangat, membeli hampir semua makanan ringan yang berjejer.
"Lividus, kau merasakan hal yang samakan?" Tanyaku dalam batin.
"Iya Tuan ku, dari awal anda menginjakkan kaki dari kereta dia sudah mengawasi anda."
"Kau bisa melihat jelas siapa dia sana?" Langkahku terhenti, Lividus mengambil alih mata kiriku seketika berubah menjadi merah menyala.
"Yah seorang dengan jubah hitamnya, dia memiliki mana sihir yang sangat luar biasa Tuan." Dari balik mata kiri ku yang diambil alih oleh Lividus aku bisa melihat dengan jelas apa yang sedang dia lihat.
Di balik kerumunan yang semakin ramai.
"Dia-dia hahaha si sialan keturunan 'Bizler' ta menyangka dia maupun keturunannya sudah ditakdirkan penghianat busuk!" Batin Lividus dengan penuh amarah.
"Kau mengenalnya?"
"Belakang anda Tuan!" Aku menoleh tanpa ku sadari, seorang berjubah hitam itu menepuk pundakku dan berkata.
"Luar biasa, anda bisa mengetahui posisiku dengan sempurna." Jawabnya tersenyum padaku, dengar sekilas aku sudah mengetahui jika seorang berjubah hitam itu seorang perempuan.
"Tentu saja."
"Sayang sekali anda tidak ditakdirkan."