Aku berdiri di ambang pintu kamar tidur kami, tersenyum pada Pain. Dia tidur lebih awal, tangannya terselip di bawah pipinya. Dia mengenakan salah satu T-shirt aku, menyukai katun longgar di kulitnya. Tangannya bertumpu pada perutnya, sebuah benjolan sudah terbentuk.
Kehidupan kami yang sangat sibuk akan berubah lagi. Dua bayi lagi akan ditambahkan ke dunia kita. Dua bayi laki-laki di sebuah rumah yang hanya pernah dikenal bayi perempuan. Empat perempuan, tiga laki-laki.
Semua tinggal di bawah satu atap. Belajar, tumbuh, mencintai. Aku bisa membayangkan pagi hari sekarang. Kegilaan saat makan malam. Lari terus-menerus ke latihan sepak bola, resital tari, acara sekolah. Kami akan membutuhkan banyak bantuan.
Hidup akan menjadi liar.
Dan aku tidak bisa memikirkan apa pun yang akan membuat aku lebih bahagia.
Aku menyelinap ke tempat tidur, menarik Pain ke dadaku. Dia menetap dengan suara kecil, lalu dia keluar lagi.
