Pain masuk saat aku menyegel kotak terakhir. "Siap?" dia bertanya.
Aku tersenyum. "Tidak yakin aku akan pernah siap untuk ini."
Dia tertawa, mengangguk. "Aku akan rindu melihatmu setiap hari."
"Ini tidak lama. Segera, kami berdua akan berada di kompleks. Kamu dapat melihat rumah Liam dari pintu depan Konan. Kita akan bertemu satu sama lain sepanjang waktu." Aku duduk di sampingnya. "Hidup akan sangat berbeda, Pain." Aku berhenti. "Tapi jauh lebih baik." Aku menyenggolnya dengan sikuku . "Siapa yang tahu ketika kamu meminta saudara tunggal, ini akan terjadi?"
Dia tertawa, tapi itu terdengar dipaksakan.
"Apa itu?"
"Liam ingin menikah."
"Wow."
"Dan mengadopsi Lussy."
Aku menganga padanya. "Sialan."
Dia mencabut ujung bajunya. "Dan dia ingin segera melakukannya. Sebelum aku pindah."
"Dan kamu tidak? Terlalu cepat?" Aku pikir.
