Kebahagiaan yang semula menghiasi wajah Yuki, kini berubah pucat dan tegang. Gadis itu enggan untuk mendekat. Bahkan sebaliknya dia mundur menghindari Hiro.
"Hai, gadis liar. Kemari sekarang atau aku berbuat kasar padamu!" Hiro mengancam. Matanya membesar, memancarkan kebencian.
Yuki berbalik kemudian berlari hendak keluar dari rumah besar itu. Mendadak lampu mati, pencahayaan hanya bersumber dari jendela kaca di ruang tengah. Yuki ketakutan, tubuhnya menggigil kemudian menoleh ke belakang.
Sorot mata yang memancarkan aura membunuh, mendorongnya untuk berlari. Ya, Yuki berbalik dan berlari. Gadis itu berteriak setiba di ruang tengah tiga puluh meter dari pintu utama. Teriakannya disebabkan, pecahan-pecahan kaca yang berserakan di lantai, menusuk kedua kaki kecilnya. Gadis itu tidak menyerah, meski sakitnya seperti merobek hati, tetap dia paksakan untuk melangkah. Setiap langkahnya meninggalkan jejak darah segar dan banyak.