Yuki menoleh ketika mendengar seseorang ikut memesan. Dia begitu terkejut sampai-sampai jantungnya berdebar kencang. Baru saja Yuki mengatakan bahwa dia merindukan Hiro. Orang yang disebutkan kini berada tepat di sampingnya. Penampilan Hiro tidak berubah sama sekali, pria itu masih memasang wajah datar. Namun, satu hal yang bisa Yuki baca dari wajah datar itu adalah sorot mata yang terlihat berbeda dari pertama kali pertemuan mereka.
[ Aku yang sekarang, hanyalah manusia bisa yang lupa ingatan. Aku tidak boleh membongkar kebohonganku. Pura-pura saja tidak kenal, arhh!!! ] Yuki memutus sorot matanya dan memilih memperhatikan pemilik kedai sedang mempersiapkan pesanan.
[ Mengapa Hiro masih menatapku? Apa dia berusaha untuk mengajakku bicara? Sebaiknya bersikap netral saja. pura-pura saja tidak kenal. ]
