"Gadis bodoh! Jika aku tidak ada maksud terhadapmu, apa aku tidak yakin mengulurkan tangan untuk membantumu. Dari sekian banyak mahasiswa yang kuajak berlatih dalam bimbunganku, hanya kau yang percaya padaku. Kebanyakan dari mereka takut akan kujadikan bahan mainan belaka." Ashuma masih mempertahankan posisi duduk di tepi balkon. Kali ini, dia bicara sambil mengunyah kacang.
"Meski begitu, aku terbantu dengan niatmu itu. Aku tidak keberatan, selain niatmu membantuku masih bisa kupandang baik. Kalau boleh tahu, apakah ada gejala atau tanda-tanda seseorang menjadi gila setelah mendapatkan hukuman level A?"
Ashuma menoleh kepada Yuki, menatap gadis kecil itu dari balik jendela. "Mengapa, kau mulai cemas akan segera berubah menjadi gila?"
Yuki mengangguk. "Tentu saja. Kehilangan kemampuan berpikir dan menjadi keterbelakangan mental sama saja menjalani kehidupan seperti sampah. Aku takut tidak bisa mengontrol perilakuku dan hidup dalam kondisi memalukan."