Dua Minggu telah berlalu, hampir tiap hari tuan Ashuma membebani Yuki latihan fisik yang keras. Yuki sudah menguasai beberapa teknik pedang.
Pagi itu Yuki malas sekali untuk beraktivitas. Meski telah sdar sejak lima belas menit yang lalu. Yuki enggan beranjak. Tangannya menjuntai di tepi ranjang, posisi bahkan tak sembarangan. Dalam posisi tiarap dia setengah tertidur.
Pada ketika itu, suara ribut di kamarnya. Dalam hati dia bertanya-tanya. [ Tak biasanya Kaiko seribut ini. Apa yang dia lakukan pagi-pagi begini? ]
"Kaiko, apa yang kau lakukan?" Tanya Yuki dengan mata tertutup.
"Ah, maaf Yuki. Aku hanya membereskan barang-barang ku. Lanjutkan saja tidurmu. Aku pergi dulu!"
Kaiko keluar dari kamar.
"Ah, dia rajin sekali. Tidak terlihat tertekan seperti aku dulu." Yuki berceloteh.
Renji memanggilnya dari lorong ranjang yang gelap dan berkata, "Yuki, hai Yuki! Sudah saatnya bangun! Saatnya beraktivitas!"
