Lilin-lilin yang menerangi gubuk tua menjadi saksi percakapan Nenek Rubah Api bersama Tuan Kamato pada malam itu.
"Mengapa kau memutuskan memberitahu Hiro tentang dirimu? Anak itu ... dia memang tidak melampiaskannya padaku, tetapi aku tahu, dia menyimpan rasa sakitnya begitu lama." Nenek Rubah mendesah. "Hanya tidak menyangka saja, kau mengakuinya sebagai anakmu setelah sekian banyak usahamu untuk membuatnya tidak terlibat. Kupikir, dia akan hidup tenang tanpa beban. Pantas kalau begitu, sejak dia kau jemput, Hiro sering termenung seperti itu." Nenek Rubah menatap kaca jendela, pada punggung Hiro yang lagi duduk menghadap jurang di depan pohon tua.