Suara merdu burung peliharaan Suno di teras dan aroma rerumputan yang basah karena hujan tadi malam, meninggalkan kesan seperti hutan.
Yuki berdiri di depan pintu sambil mengatur napasnya. Setelah apa yang dia lakukan demi meloloskan diri dari asrama, kini dia merasa gugup untuk tampil di depan semua mahasiswa. Dia takut akan menjadi bahan olok-olokan dan lebih parah mungkin kejadian semasa SMA-nya terulang lagi, yakni perundungan, bullying dan perilaku tidak mengenakan lainnya.
Meski Yuki tahu cara mengatasinya, sensasi menjadi pusat kebencian orang sangat dihindarinya.
"Tak ada jalan lagi untuk menghindari semuanya. Usahaku sekarang ini hanya akan merugikan aku. Yang Senior Niel katakan, benar. Aku harus bertahan untuk mencari kesempatan keluar." Yuki mengepalkan kedua tangannya, menyemangati diri sendiri.
"Yuki! Yuki! Bergegaslah! Terlambat akan membuat kita menjadi pusat perhatian."
Suara Sakura menyadarkan Yuki.
"Maaf, aku akan keluar!"