Siang itu, pembelajaran kedua akan segera berlangsung.
Soma yang baru saja datang, duduk di samping Hiro.
"Apa yang sedang kau pikirkan? Senyummu tampak menyeramkan. Tidak menguntit Tuan Kamato lagi, kan?" tanya Soma.
"Masih terlalu cepat memberitahumu. Ada yang lebih menarik untuk dilakukan selain menguntit."
[ Sungguh aku benar-benar dibuat penasaran dengan sikapnya. Aku hanya khawatir, tenagaku saat ini tidak cukup untuk menutup keburukan di sekitar Hiro. Menggunakan Horigimi Hitam, mengurani kesadaranku. ] kata Soma dalam hati.
Soma tersenyum lalu menumpu dagu. "Aku pernah dengar, seorang memiliki wajah tampan, dan tampak baik tapi pikirannya setajam pisau. Kurasa, ungkapan itu cocok untukmu."
Hiro menatap Soma intens. "Aku tidak akan membuat masalah. Tuan Soma yang baik hati, tidak perlu khawatir terjebak kesulitan karena lelaki y licik ini," katanya menyebut diri sendiri.