Teriknya matahari menyusup di kelopak mata Hiro. Remaja 13 tahun itu terbangun dalam pandangan yang berkunang-kunang. Cahaya mencuat dari jendela besar berlapis gorden dari tilei. Matanya berkedip-kedip, barulah pandangannya menjadi lebih jelas.
Mata biru itu melotot dan bergerak liar menjamah seisi ruangan yang tampak asing.
Bangkit segera tubuhnya saat menyadari suasana kamar yang pengap. Tembok-tembok mengurung keberadaannya seorang diri. Interior kamar itu begitu aneh baginya. Terutama pada lampu terang yang berada di langit-langit kamar. Hiro belum pernah melihat cahaya seperti itu sebelumnya.
Keanehan lainnya tertuju pada cermin yang menangkap bayangan beda lain. Kemudian pada dipan besar yang empuk. Ketika berdiri, Hiro dikejutkan oleh lantai yang dingin dan mengkilat.
Hiro berjongkok dan menyentuh permukaan lantai porselin, lalu menyentuh tembok. Dia pikir, seseorang sedang mengurungnya.