Di tengah hutan, rasa sepi yang dingin selalu betah memeluk punggung besar Hiro. Raut wajahnya yang tersenyum sungguh menipu dirinya yang terdalam. Berinteraksi dengan beberapa ekor hewan pengerat tak menutupi rasa kesepian.
Cahaya matahari semula menembus dedaunan pinus, sekarang telah sirna saat langit menjadi mendung. Suhu udara semakin dingin menyatu bersama dinginnya hati Hiro. Embusan napasnya mengepulkan uap dari hidung, telinga serta bibirnya mulai merah. Meski begitu, dia tak juga beranjak dari hutan kelam itu.
Suatu ketika, aura hangat datang di sekitarnya. Sumber aura itu tak dapat ditemukan, namun tersebar di berbagai arah.
Seketika, Hiro kehilangan senyumbya. Dibuangnya biji-bijian di atas salju. Dia berdiri dengan kedua kakinya yang lesu.
"Apakah kau datang jauh-jauh ingin mencari masalah denganku?" pertanyaan tak ramah mencuat dari mulut Hiro. Matanya tak beralih dari para tupai-tupai. "Apa mau membunuhku lagi?"