Hujan salju kembali melanda kota hantu.
Nenek Rubah memutuskan untuk singgah di kedai karena kami keluar dari penginapan tanpa makan terlebih dahulu.
Sambil berjalan nenek mengatakan, Penginapan Hantu dengan segala pelayanannya memang mahal dari penginapan biasa. Sehingga jika fajar telah muncul dan sinarnya setinggi tombak, maka pembayaran sewa penginapan akan dihitung dua hari jika kami tidak keluar pagi-pagi sekali.
Memang terkesan sangat perhitungan siluman rubah tua itu. Padahal dengan ketenarannya, dia pasti sudah melayani banyak pasien dan setidaknya memiliki tabungan di suatu tempat.
Kedai di sini berbeda jauh dengan kedai di dunia manusia. Kesan tua tampak dari papan-papan yang menjadi bahan bangunan utamanya. Kesan suram tak pernah tertinggal dari setiap bangunan di sekitar sini. Nuansa mistis semakin kuat dengan adanya kabut tipis dan udara yang kental oleh hawa eksistensi dari para penduduk. Memang cocok disebut sebagai kota hantu.