Dalam balutan udara nan dingin, ditemani teh hangat dan sedikit makanan ringan dari pemilik rumah, kami diminta menunggu pekerjaan Nenek Rubah sampai selesai.
Aku menyeka bibir yang basah oleh teh dan memperbaiki sikap dudukku yang kini menghadap Hiro.
Dia memuji seorang yang baru dikenal. Tidak di depan orangnya langsung, tetapi di depanku. Yang benar saja. Sebagai seorang gadis satu-satunya yang tinggal bersamanya di rumah nenek, apa dia mengatakan itu untuk membuat aku kesal?
"Kepalaku sedikit berat dan agak sakit. Apakah terjadi sesuatu padaku sebelumnya?" tanya Hiro.
"Hiro, kau sedang amnesia!"
Hiro bangun dan merubah posisi tubuhnya menghadapku. "Amnesia!!!"
Keterkejutannya mendadak menciptakan sebuah ide dalam pikiranku.
"Mengapa aku amnesia? Lalu, aku yang dulu seperti apa?" Hiro terlihat panik.
[ Aku teringat perbuatannya dan ingin sekali membeberkannya. Namun, sebagain besar anggapanku padanya juga karena salah paham. ]