"Masuklah, jangan berdiri di sana saja!" Seorang wanita dengan suara yang besar dan parau berseru padaku.
Aku berjalan lurus menuju tirai hias dari permata berbentuk amor yang rapat dan menutupi ruangan di depannya. Dari celah-celah hiasan gorden itu, ada sesosok wanita, kepalanya dihiasi kain ungu dengan sedikit permata. Di atas meja ada bola ungu nan menyala.
Aura yang sulit kubedakan tersebar di dalam sini. [ Apakah ini aura hantu atau memang aura peramal itu? ]
Aku menyibak hiasan gorden nan bergemerincing. Di depan meja, orang inilah yang disebut Madam Jeni. Dia menunjuk dengan kuku panjangnya untuk mengarahkan aku untuk duduk.
"Beruntunglah kau pelanggan ke 100 pada malam ini, Sayang. Aku akan memberikan diskon 10%," katanya dengan wajah datar. Lipstik tebalnya mengecoh sekali. Wajahnya di make up smoke yang membuat parasnya tegas dan agak menyeramkan.
Dia menunjuk ke mangkok berbentuk tengkorak. [ Ah, maksudnya aku harus meletakkan uang pembayaran di sana. ]