Pagi itu, Jerry terbangun, kepalanya agak pusing. Kelopak matanya berkedip-kedip cepat, menyesuaikan pencahayaan yang memenuhi ruang kedai. Ia melepas kain di pinggang dan menatap bingung pada topeng yang tergeletak di lantai. Di raihnya topeng itu kemudian dipasang.
''Apakah tadi malam aku begitu mengamuk sehingga topeng ini lepas? Ah, ini bukan kondisi yang baik.'' Jerry berdiri, selagi memandang wajah topeng, ia berkata, ''Lee, ayo cari para lansia itu lagi!'' Jerry menyebut nama temannya untuk menyemangati diri sendiri.
Ia memasang topeng itu kembali dan memastikan simpulnya kokoh.
Kenop pintu dipitar dan pintu pun didorong, akan tetapi tak mau terbuka meski ada renggang yang tercipta.
''Kenapa dengan pintunya?'' ucapnya bingung. Dari kaca besar di daun pintu, ia mengintip ke luar. Akan tetapi, tak ada seorang pun yang menahan pintu itu. Seingatnya, tadi malam pintu telah dikunci dari dalam, untuk mencegah manusia tertarik dengan keberadaannya.