Belia duduk di depan nenek Nam sambil memeluk satu lututnya yang bertengger di kursi. Pandangan matanya sejak tadi tak beralih dari wajah mereka. Usai kejadian itu, dua orang tua itu jiwanya seperti ikut bersama kematian nenek Kadam. Mungkin karena terlalu kuat jalinan pertemanan sehingga kesedihan yang dialami pun memupuk di hati. Melihat keadaan mereka saja membuat hati Belia jadi perih. Belia berusaha mengerti perasaan mereka. Tak jauh berbeda dengan perasaannya dahulu ketika keluarganya menjadi zombi.
Dengan sikap canggung, Belia berdeham dan berkata, ''Dia ... Yeo Han?''
Nenek Nam terkejut, matanya bergerak melawan mata Belia yang sayu.
Setelah nenek Nam mau menatapnya, Belia pun tersenyum kecil. ''Melihat reaksi nenek, ternyata benar orang itu adalah cucumu yang ingin kau temui selama ini.''
''Bagaimana kabar cucuku sekarang?'' pertanyaan dari suara yang menyedihkan dan tersedu-sedu masih terkandung semangat di dalamnya. Belia tersenyum tipis.
