Suasana di kelas XI IPA. 1 terlihat begitu sangat tenang. Kelas yang hanya di isi oleh anak-anak pintar dan berprestasi__kelas dimana Rio sedang belajar di sana.
Semua murid terlihat sangat antusias, menyimak pelajaran yang tengah diterangkan oleh guru mapel.
"Gimana anak-anak? Apa sudah paham sama penjelasan ibu?" ucap ibu Karmila, setelah ia baru saja menjelaskan pelajaran.
"Sudah bu....." jawab serentak para murid.
Senyum bangga terbit dari bibir ibu Karmila. Ternyata benar, kelas IPA A, di isi sama murid-murid pintar. Sehingga sekali menjelaskan mereka sudah bisa langsung mengerti.
Kemudian terlihat ibu Karmila menoleh kepada seorang siswa yang tengah mengangkat tangannya. "Ada apa Rio? Apa kamu belum paham sama penjelasan ibu?"
"Bukan bu, saya cuma mau ijin ke toilet. Kebelet."
Terdengar gemuruh suara tawa murid-murid satu kelas, setelah Rio mengatakan 'kebelet'.
"Yaudah ibu ijinin kamu ke toliet, tapi tolong simpulkan sebentar penjelasan yang baru ibu kasih."
Menarik napas dalam-dalam, sebelum akhirnya Rio hembuskan secara kasar. Beberapa saat kemudian ia berdiri dari duduknya seraya menggerutu. "Ada-ada aja deh bu, udah bukaan sebelas ni. Tega banget suruh bikin kesimpulan."
"Jangan protes, ayo cepetan."
"Iyaaa..." ketus Rio. Kemudian ia mulai menjelaskan kesimpulan yang diminta oleh ibu Karmila. Semua siswa menyimak, sedangkan ibu Karmila terlihat sangat bangga dengan kecerdasan yang dimiliki sama Rio. "Jadi intinya, yang bisa hamil itu cuma manusia berjenis kelamin perempuan. Kalo laki-laki tidak akan bisa hamil. Walopun sudah operasi plastik menjadi transgender, tetep aja dia laki-laki, nggak punya rahim, dan Nggak akan pernah bisa hamil."
"Oke makasih Rio, kamu emang benar-benar anak yang pinter. Pertahankan beasiswa kamu ya__yaudah sekarang kamu boleh ke toilet."
"Makasih bu..." ucap Rio. Kemudian ia berjalan cepat keluar kelas, menuju toilet.
~☆~
Kelas X-Z, adalah kelas dimana Jamal sedang belajar. Jika Rio berada di kelas yang isinya anak-anak pintar, lain halnya dengan Jamal, iya berada di kelas yang di dominasi sama-sama anak yang tidak terlalu pintar.
Namun dari sekian murid di kelas X-Z sepertinya hanya Jamal saja yang paling, atau sangat tidak pintar.
Terlihat seorang guru mapel sedang mengerutkan kening, saat melihat buku catatan milik salah satu muridnya. Ia merasa heran dengan tulisan yang sama sekali ia tidak bisa membacanya. Mungkin hanya pemilik tulisan itu saja yang mampu membacanya.
"Anak-anak, maaf apa ada yang bawa buku adeknya? Kayaknya ikut ke kumpul deh." ujar guru mapel. Ia mengira buku itu milik adik dari salah satu muridnya. "Kayaknya ini tulisan anak TK deh. Lebih jelek dari cakar ayam. Ponakan ibu aja yang masih TK tulisannya masih bisa ke baca. Ini... sama sekali ibu nggak bisa baca."
"Coba bu di baca sampulnya, sapa tau ada namanya yang punya." Saran seorang murid yang duduk di bangku paling depan. Dekat meja guru.
"Ibu pusing liat tulisannya, coba kamu yang baca." Ibu mapel yang diketahui bernama Lusi, berjalan mendekati murid yang duduk di bangku paling depan. "Tolong ya," ucap ibu Lusi setelah ia memberikan buku yang membuatnya pusing.
"Oh... ini punya__Jems bu."
Setelah memeriksa sampul buku, dua murid tersebut menemukan tulisan JAMALUDIN yang tertera di sana. Namun lantaran takut dengan pemilik nama tersebut, sehingga ia menyebut nama Jems.
"Astaga Jems," ucap ibu Lusi. Ia ikut memanggil Jems karena terbawa atau ikut-iktan sama semua murid-murid. "Ini beneran tulisan kamu? Kayak cakar ayam. Ibu nggak bisa baca. Bagusan cakar ayam malah."
"Ha... ha... ha...!"
Gelak tawa langsung terdengar oleh para murid, saat ibu Lusi mengatakan tulisan Jamal lebih buruk dari cakar ayam.
Sementara Jamal, merasa ditertawakan, ia langsung memasang ekspresi wajah marah.
"Coba kamu kedepan. Tolong baca tulisan kamu sendiri di depan temen-temen."
Setelah mendapat perintah dari gurunya, Jamal__yang duduk di bangku paling pojok, berdiri lalu berjalan melenggang ke depan kelas.
Sesampainya di depan kelas, Jamal memutar arah. Ia tidak menuju ke arah ibu Lusi, tapi malah menuju ke pintu kelas.
"Lho... Jems, mau kemana?" Heran ibu Lusi setelah melihat Jamal memuka pintu kelas.
"Toilet, pingin ngerokok!" Ketus Jamal.