Sebelum ujian dimulai, Wen Ruan tidak menoleh kembali, ia membuka susu itu di depan mata Huo Hannian.
Untuk membuktikan bahwa Wen Ruan tidak menambahkan apapun di dalam susunya, ia meminumnya seteguk. Sudut bibir Wen Ruan ternoda oleh noda susu putih. Kemudian ia mengulurkan ujung lidahnya yang berwarna merah muda itu untuk menjilatnya sisa susu yang ada di sudut bibirnya itu dengan lembut.
Saat melihat tindakan Wen Ruan yang menjilati sudut bibir ini, Huo Hannian menatap matanya dalam-dalam. Kemudian ia tersenyum sinis dan bertanya, "Apakah ini trik kecantikan yang sengaja kamu lakukan?"
Sudut bibir Wen Ruan tampak melengkung saat tersenyum, dan lesung pipinya itu pun terlihat dengan jelas. Wajah kecil yang murni dan bersih terlihat sangat mempesona saat tersenyum, kemudian dengan suaranya yang lembut ia bertanya, "Lalu, apakah kamu mau terjerat?"
Tatapan mata Huo Hannian semakin lama tampak semakin dalam, terlihat begitu gelap hingga tidak bisa menembus secercah cahaya.
Wen Ruan melihat wajah kecilnya terpantul dari mata Huo Hannian yang gelap. Kemudian ia pun mengedipkan matanya pada Huo Hannian, ketika ia ingin mengatakan sesuatu, tiba-tiba kursinya ditendang dengan keras hingga membuatnya hampir terjatuh ke lantai.
Tangan kecil Wen Ruan berpegangan di atas meja. Setelah bernapas sejenak, ia melihat ke belakang dan ingin menatap pelakunya yang hampir menendangnya, namun kursi ditendang lagi.
"Jika menengok ke belakang lagi, aku tidak akan segan." Suara dingin pemuda itu terdengar di telinga Wen Ruan.
Kursi Wen Ruan dijepit oleh kaki Huo Hannian yang ramping, kekuatan kakinya saat mencengkram kursi itu sangat kuat. Kemudian ia pun mengerutkan alisnya dan berkata, "Sudah, sudah. Terserah kamu saja. Mana mungkin kamu mudah terjerat?"
Tiba-tiba bel pun berbunyi, dan pengawas datang dengan membawa kertas ujian. Kaki panjang Huo Hannian yang berada di kursi Wen Ruan pun perlahan ia tarik kembali.
Kertas ujian sampai ke tangan Wen Ruan. Ketika ia mengulurkan kertas ujian ke belakang, ia menoleh untuk melihat Huo Hannian, "Bukan aku ingin menoleh, tapi aku harus memberikan kertas ujian, jadi mau bagaimana lagi."
Huo Hannian pun itu mengambil kertas ujian tersebut, wajahnya yang tampan itu ekspresinya tampak datar. Ketika Wen Ruan melihat ke belakang, secara tidak sengaja ia melihat rambut pendeknya yang dipangkas rapi...
Apakah ujung telinga Huo Hannian agak merah?
Ehmm...
Ketika Wen Ruan ingin melihatnya lagi, Huo Hannian malah meletakkan kertas ujiannya dan membenamkan wajahnya. Sehingga Wen Ruan hanya bisa mengalihkan pandangannya ke arah yang lain.
...
Wen Ruan membaca soal-soal yang ada di kertas ujian, kemudian ia mengambil penanya dan menundukkan kepalanya untuk menjawab soal-soal yang ada di kertas tersbut.
Dalam kehidupan sebelumnya, Wen Ruan memiliki IQ yang tinggi, tetapi tidak punya EQ. Setelah mempercayai kata-kata Liu Shuying, ia merasa bahwa percuma saja ia belajar. Karena bagaimanapun, keluarganya sudah punya cukup uang!
Keluarga Wen adalah orang terkaya di Yuncheng, tetapi ketika mereka benar-benar sampai ke Ibu Kota tempat keluarga-keluarga terkenal berkumpul, Wen Ruan baru tahu bahwa masih ada langit di atas langit. Masih banyak orang hebat di luaran sana. Dan ia baru sadar betapa sempitnya pandangannya selama ini!
Ketika Wen Ruan fokus untuk menjawab soal, ia tidak menyadari bahwa ada mata yang terus menatapnya dari waktu ke waktu. Seorang pemuda yang duduk miring di belakang tiba-tiba melemparkan bola kertas ke bawah mejanya ketika Wen Ruan tidak memperhatikan. Saat Wen Ruan melihat hal ini, ia mengerutkan alisnya dan menendang bola kertas itu.
Pemuda itu sedang bersiap untuk melapor ke pengawas. Melihat bahwa Wen Ruan menendang bola kertas, ia pun mengeluarkan kertas yang lain. Lalu ia melemparkannya ke Wen Ruan lagi, tetapi kali ini pemuda yang berbaring di atas meja di belakang Wen Ruan tiba-tiba berdiri tegak, sehingga bola kertas tersebut mengenai punggungnya.
Pemuda itu tiba-tiba berdiri dan kursinya bergerak mundur, sehingga membuat suara yang tajam dan keras. Setelah itu ia pun mengambil bola kertas tersebut dan berjalan ke arah pemuda yang melemparkan kertas tadi. Dengan suara gebrakan, ia menghantamkan bola kertas di atas mejanya.
Tangannya yang ramping tampak terangkat, dan kerah kemeja pemuda itu digenggam erat olehnya.
"Apa yang kamu lakukan?" Alis pemuda itu tampak gelap dan dingin. Wajahnya yang tampan dengan garis-garis dalam seolah membeku dengan lapisan es, dan seluruh tubuhnya terasa gelap dan suram. Sepertinya ia ingin membekukan pemuda yang ada di depannya itu hingga menjadi es.
Nama anak itu adalah Feng Zhe. Ia adalah pengagum Ye Wanwan. Setelah ia melihat posting baru di forum, ia pun langsung pergi ke kelas 3-1 untuk mencari Ye Wanwan. Saat itu ia melihat Ye Wanwan yang sedang membaringkan kepalanya di atas meja dan menangis untuk waktu yang lama.
Feng Zhe mengira bahwa Wen Ruan yang memulai insiden itu terlebih dahulu. Jika saja Wen Ruan tidak sesumbar, maka tidak akan terjadi hal ini! Ia ingin menjebak Wen Ruan melakukan penyontekan, supaya Wen Ruan diusir oleh pengawas!
Tapi Feng Zhe tidak menyangka ia malah melempar bola kertas tersebut ke arah Huo Hannian.
...