Alra menghembuskan napas panjangnya, menatap lurus ke depan tepat pada pintu toilet yang sedang tertutup rapat. Suara keran air dengan orang sedang menggunakan airnya terdengar begitu jelas. Alra mulai bersandar pada tembok, kedua tangannya dia simpan di belakang tepat pada bokongnya.
Pernyataan Nanda tadi membuatnya tak bisa tenang. Masih jadi pertanyaan soal maksud dari perkataan itu, Alra tak pernah berpikir soal Nanda yang menyukainya, tapi sejak percakapan di lorong agak gelap itu membuatnya yakin jika cowok itu memiliki perasaan padanya.
Alra menjadi tak tenang sekarang, dia takut Nanda akan menyukainya secara terang-terangan. Bukan ini yang dia inginkan, bukan ini, tapi hanya ingin mengagumi dalam diam tanpa harus orang itu membalas perasaannya. Lagi pula Alra belum siap untuk berpacaran, ini masih terlalu dini.
"Alra, kamu kenapa?"