"Ya, tidak tahu jenis komedi apa yang Anda tonton, kawan, tapi omong kosong itu tidak lucu," kata Carson.
"Tidak lucu seperti itu. Sungguh ironis. Paradise Lost seharusnya tentang kejatuhan manusia dari Eden, kejatuhan Setan dan malaikat-malaikatnya dari Surga, tentang kebodohan mereka ketika mereka membandingkan dengan kasih karunia dan kuasa Tuhan. Tuhanlah yang seharusnya menjadi pahlawan, karakter yang sempurna, tetapi Hawa dan Setanlah yang paling kami empati."
Sayangnya, ini benar. Itulah alasan aku sangat mencintai Paradise Lost, mengapa aku putus asa untuk kembali ke sekolah untuk gelar Master dan akhirnya PhD aku. Gagasan untuk menggali lebih jauh ke dalam kontradiksi yang membentuk puisi Milton yang hebat telah terbentuk pertama kali aku membacanya pada usia tujuh belas tahun. Itu telah menarik ketegangan dalam diri aku, kebutuhan untuk berbuat dosa dan ketidakmampuan belajar untuk melakukannya tanpa kesedihan sistemik.
