"ah benar, kau sudah pernah menceritakan nya padaku. kalau kau merawat ku sampai sembuh, karena aku begitu depresi saat itu kau membujukku dengan menawarkan akan membantuku balas dendam dan menyelidiki ke matian orang tua ku.
tentu saja mengingat kedua orang tua ku, aku harus kuat, untuk mendapatkan ke adilan untuk mereka dan menghukum orang yang bersalah serta mengambil kembali semua yang seharus nya milikku yang di dapat kan susah payah oleh papa dan mamaku."
"terimakasih william saat itu kau sudah sangat membantu ku, ah bukan sampai sekarang pun kau tetap membantu ku.
*****
william memang belum mengatakan yang sebenarnya kepada viona, saat ini dia hanya ingin membantu viona untuk membalaskan dendam keluarganya, setelah itu Wiliam baru akan mengatakan semuanya kepada viona saat dia sudah hidup dengan tenang dan sudah menyelesaikan semua dendamnya.
saat ini Wiliam tak ingin menambah beban fikiran untuk jiwa viona yang sudah cukup terguncang.
william tidak ingin dia kembali menderita karena mendengar ternyata kedua orang tua nya bukanlah orang tua kandungnya. jadi william menunggu saat yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya kepada viona.
"william , arya kemaren menghubungiku"
" hmm pasti dia ingin menemui mu untuk minta maaf kepadamu"
"rupanya kamu juga sudah menerka apa yang akan di bicarakan nya"
"tentu saja, apa lagi kalau bukan itu"
"jadi aku berencana akan pergi bersamamu kalau kamu bersedia"
"tentu saja, aku juga khawatir kalau kamu datang menemuinya sendiri"
"terimakasih william"
"jadi jam berpa besok kau akan menemuinya.?"
"katanya saat makan malam"
" baik lah"
***
arya sengaja datang lima menit lebih awal, untuk melihatkan kesungguhannya ingin berbaikan dengan viona, wajahnya penuh harap.
"selamat datang vio"
arya langsung berdiri menyambut kedatangan viona.
"maaf telah membuat mu menunggu"
"tidak masalah, aku yang datang terlalu cepat."
"kalau begitu pak arya baiklah, perkenalkan ini william kekasih saya."
arya tercekik mendengar viona memperkenalkan seoran pemuda yang dari tadi sudah berdiri di depanya. karena terlalu bersemangat arya tidak terlalu memperhatikanya.
"ah bukankah anda adalah dokter yang waktu itu?"
"ah benar sekali, senang bertemu kembali dengan anda, sangat kebetulan sekali ternyata pak arya adalah kenalan kekasih saya."
mendengar ini arya kehabisan kata kata nya di depan william. dengan santainya william mengatakan dia adalah kenalan kekasihnya.
tepat nya ini bukan kenalan biasa melainkan adalah mantan kekasihnya.
tapi arya dengan cepat mengembalikan kepercayaan dirinya lagi, dia tidak ingin terlihat kalah dengan pemuda biasa yang hanya seorang dokter di depan viona, dia berencana akan merebut viona kembali, dia sangat yakin.
"silahkan duduk"
william seperti biasa, menarikan kursi untuk viona.
melihat ini arya merasa di himpit batu besar, dia kalah lagi satu langkah.
sudah lama dia tidak memperlakukan seorang wanita seperti itu lagi semenjak dia meninggalkan viona dan bersama Jasmin.
"anda bekerja di rumah sakit mana? kelihatanya anda bukan asli indonesia"
arya ingin membahas kekurangan william di depan viona, kalau dia hanya seorang dokter biasa yang bekerja di rumah sakit.
"aku bekerja di rumah sakit Yayasan Permataratna, jadi apa urusan apk arya ingin menemui kekasih saya?
"oh cuma bekerja di rumah sakit swasta. kalau kamu mau, aku bisa memberikan pekerjaan dan jabatan lebih layak."
"pak arya itu tidak perlu, karena rumah sakit yayasan permataratna adalah milik william."
"oh benarkah"
ah sial, aku malah membuat viona membelanya, ternyata bajingan ini cukup kaya, tapi hanya memiliki rumah sakit, itu bukan apa apa. *batin arya
"ya, untuk saat ini itu memang rumah sakit milik ku, tapi sebentar lagi aku akan menyerahkan kepada pemilik sebenarnya"
"hahaha ternyata rumah sakit itu bukan milik anda, tadinya saya berencana untuk berinvestasi di rumah sakit itu mengingat yang punya rumah sakit tersebut adalah teman viona."
"arya dia bukan teman ku, tapi kekasih ku. dan untuk investasi rumah sakit Yayasan Permata Ratna, lois coperation selalu mendukung dan berada di belakang yayasan permata ratna, jadi menurut saya itu tidak perlu bantuan anda. "
"ah baik lah, aku lupa kau ada lah pimpinan lois coperation sekarang, jadi tentu saja kau akan membantu william, bukan begitu."
secara tidak langsung arya merendahkan william dia menyiratkan kalau william hanya bisa bergantung kepada perempuan, dia sangat puas.
"vio, aku ingin minta maaf kepadamu, banyak terjadi kesalah pahaman di antara kita berdua.
soal aset keluarga mu, aku akan mengembalikan semuanya kepadamu. waktu itu om Danu menitipkan nya padaku sekaligus juga untuk menjaga, waktu itu aku benar benar kilaf . Jasmin yang datang menggodaku.
"benar kah? , kau ingin dengan siapapun aku tidak masalah, dan soal semua aset dan perusahaan keluarga ku akan aku ambil kembali dengan tangan ku sendiri.
sekarang aku hanya ingin membuat perhitungan dengan orang yang menyebabkan kecelakaan keluarga ku malam itu. aku tidak akan memaafkan mereka"
mendengar ini, keringat mulai muncul di dahi arya. sial(aku harus melakukan sesuatu)
"sayang ayo kita pergi"
mereka berlalu pergi meninggalkan arya yang masih mematung duduk di kursinya.
di atas mobil, suasana begitu hening, william melirik ke arah viona.
"viona apakah kamu baik baik saja?"
"ah ya? "
"apakah kamu baik baik saja?"
"hmm ya aku baik baik saja, terimakasih william , aku selalu saja merepotkan mu"
"tidak masalah, vio kau tau aku akan selalu ada untuk mu"
"terimakasih william, aku tidak tau bagaimana membalas kebaikan mu"
"kamu tidak usah memikirkan itu, sekarang kita fokus saja menyelidiki kebenaran di balik kecelakaan keluarga mu."
*william tadi kamu mengatakan kalau rumah sakit itu sebenarnya bukan milik mu, benarkah?
"benar,"
" tapi bukan kah rumah sakit itu adalah rumah sakit yang dirikan sendiri oleh ibu mu"
"benar sekali, ibu ku sangat hebat, dia usianya yang masih terbilang muda, dia sudah bisa mendirikan rumah sakitnya sendiri, dia benar benar dokter muda yang hebat."
"jadi kenapa itu bisa jadi milik orang lain? apakah kamu masih mempunyai saudara lain? bukan kah kau anak tunggal.?"
"benar sekali, aku adalah anak tunggu, dan cepat atau lambat, aku akan menyerahkan rumah sakit ini kepada anak ibu"
"william apa maksud mu?, kau ini aneh sekali, hahahaha"
kini suasana hati viona jadi kembali lebih baik. william selalu saja bisa menenangkan hatinya yang berkecamuk bagai badai.
"william kau benar benar lucu"
"bagaimana bisa kau menyerah kan rumah sakit kepada anak ibu mu, sementara anak itu adalah dirimu sendiri."
"vio aku akan menceritakan rahasiaku kepadamu."
"benarkah? jadi apa rahasia mu?
apakah sebenarnya kau hanya lah anak angkat ibumu? jadi kau akan menyerahkan rumah sakit itu kepada anak kandung ibu mu? "
"viona kau sangat menakutkan, bagaimana kau tau? bahkan aku belum mulai menceritakannya?"
"hah benarkah?"
viona hanya asal menebak, karena william sangat lucu akan menyerahkan rumah sakit milik ibunya kepada anak ibu nya sendiri, benar benar konyol, jadi kemungkinan viona berfikir dengan cepat untuk mengejek william bahwa dia hanya anak angkat. mendengar william mengatakan kalau tebakan asal nya itu benar, dia benar benar terkejut dan tidak tau harus berkata apa,
"william maaf kan aku, aku tidak bermaksud"
"viona kenapa kau minta maaf , yang kau katakan benar sekali"
"william aku tidak bermaksud....
"viona sudah lah, aku tidak tersinggung sama sekali, bahkan aku sangat mengagumimu kau begitu pintar menganalisa, dan langsung menyimpulkan, dan hasilnya benar."
william sengaja menceritakan ini kepada viona. dia ingin pelan pelan mengatakan yang sebenarnya kepada viona, jadi saat dia mengatakan kebenaranya nanti viona jadi lebih bisa menerima dan tidak terlalu terkejut.
"william aku tau kau sangat menyayangi ibu mu, jadi apakah kamu memiliki dua ibu?"
viona bertanya dengan hati hati, dia takut melukai hati william.
"benar vio aku sangat beruntung memiliki dua ibu, karena itu aku sama sekali tidak tersinggung kau mengatakan kalau aku hanya anak angkat ibu ku, malahan aku sangat merasa bersalah kepada putri kandung ibu ku, karena telah mengambil ibu dari sisinya."
"william jangan berfikir seperti itu, aku yakin semua yang terjadi, mereka memiliki alasanya sendiri."
"ya aku harap begitu, putri ibuku dapat memaafkan ku kelak,"
"aku yakin dia akan mengerti jika kau menjelaskan yang sebenarnya yang terjadi."
"benar viona, alangkah baiknya nanti kalau saat bertemu dengan ku, dia pengertian seperti mu"
"ya aku harap juga begitu, jadi Dima dia sekarang? kapan kau akan menemuinya?, kalau kau butuh bantuan aku akan selalu bersedia."
"benar viona, aku rasa nanti aku akan sangat membutuhkan bantuan mu."
"tentu saja aku akan dengan senang hati membantumu, "