Namaku Kana Wijaya siswa kelas 10 di SMA 2 yang cukup terkenal di daerah Palembang.
Jangan kalian anggap aku murid seperti yang ada di novel-novel picisan berwajah cantik dan mengemaskan dengan suara riuh ceria.
Aku hanya murid biasa yang terkesan kutu buku dan lebih suka berdiam di rumah dengan segudang imajinasi yang aku curahkan melalui kata-kata dan karangan. tapi aku bukan murid yang kuper.
Aku mempunyai Sahabat dari SD bernama Bima Wahyuda seorang atlet renang Provinsi. Dia anak yang sangat jahil dan suka menganggu ketenangan batinku.
Setiap ada kesempatan dia akan melakukan aksi jahilnya tanpa kenal tempat dan waktu. Yang paling membuatku kesal adalah saat dia menganggu waktu tidurku yang sangat berharga.
Setiap pukul 04:35 dia akan membunyikan lonceng yang terhubung dari jendela kamar kami yang bersebrangan.
Sudah beberapa kali aku memutuskan tali penghubung sialan itu. Tapi si kampret itu selalu saja memperbaikinya saat aku pergi ke Gramedia untuk membeli buku.
Hingga kini aku menyerahkan dan membiarkan aksi itu sampai ia bosan sendiri.
Walaupun dia sangat jahil dan menyebalkan, dia anak yang baik dan selalu ada untukku saat aku kesulitan dan sedih.
Apalagi dia sangat perhatian saat aku datang bulan dengan membawakan segelas air lemon hangat dicampur madu. Dan aku sangat berterima kasih akan hal itu.
Aku juga mempunyai seorang kakak laki-laki bernama Galang satria yang sangat cuek tapi kuberi satu rahasia dia manja sebenarnya apalagi pada ibu. Hanya saja sebagai anak sulung dia harus bersikap dewasa dan menjadi contoh adiknya.
Hari ini adalah hari pertama aku dan Bima masuk SMA 2 di daerahku. Aku masuk sekolah ini karna rekomendasi dari kak Galang yang baru tamat di sekolah itu. Dia bilang sekolah itu berfasilitas lengkap dan yang utama perpustakaannya luas dengan segudang novel baru setiap bulanya.
Hal yang membuatku sangat menantikan penjelajahan di ruang penuh bau buku itu. Sedangkan Bima hanya mengekor kemanapun aku pergi seperti anak ayam dan induknya.
Aku berjalan sendirian di antara lorong yang mulai di penuhi murid yang berlalu lalang kesana kemari dan aku yakin itu murid baru sama denganku karna bajunya masih memakai baju hitam putih untuk Mos.
Brukkk..
Karena tak konsen berjalan aku tak sengaja menabrak tembok ehh.. maksudnya punggung lebar di depanku. Ku usap hidungku pelan takut tengelam ke dalam.
"Maaf kak aku gak sengaja." Ucapku menunduk
" Lihat-lihat kalau jalan. Dasar kutu buku." Balasnya kasar
"Hah.. Kan aku udah bilang maaf." Ku tatap cowok itu dengan jengkel
"Buang waktu." Cowok itu berjalan meninggalkanku tanpa menoleh sedikitpun padaku
"Dasar cowok kulkas" Ku hentakan kakiku kesal menatap punggung yang semakin menjauh dan hilang di ujung lorong dengan tajam.
"Hei bik ngapain kau disini, cemberut pula. Kan dah jelek tambah jelek." Ucap Bima menepuk bahuku pelan.
"Itu kakak kelas singing banget mana kulkas lagi, kan aku udah bilang gak sengaja eh dia bilang aku kutu buku." Atur ku
"Lah kan emang kau ini kutu buku kok marah." Ku tatap sengit Bima danku cubit semut lengan itu kuat.
"Aduh.. aduh.. jangan cubit wey sakit.. kecil-kecil cabe rawit kau ya." Ujar Bima sambil mengelus lengannya.
"Udah aku mau ke lapangan bentar lagi kan mau mulai Mos jangan sampai kita telat dan kena hukuman Bim." Aku berlalu tanpa menunggu Bima sang masih memanggilku.
Saat aku di lapangan yang kami di bagi menjadi beberapa kelompok oleh OSIS untuk melaksanakan pengenalan lingkungan sekolah mulai dari kantin dan laboratorium ujung di lantai 3 gedung sekolah.
Saat kami melewati lapangan basket yang letaknya dekat dengan perpustakaan aku tak sengaja melihat cowok yang ku tabrak pagi tadi sedang bertanding.
Keringat sudah membasahi baju itu tercetak jelas. Tak sengaja mata kami bertemu pandang sejenak.
Dia masih tampak garang seperti tadi pagi. Karena tidak mau mencari masalah aku berjalan lebih dulu dari rombongan kelompokku.
"Hei.. Awas.." kudengar teriakan tertuju padaku
Saat aku berbalik kulihat bola meluncur tepat ke wajahku.
Ku pejamkan mata erat.
Sekian detik kemudian tak kurasakan apa-apa yang terjadi padaku.
Ku beranikan diri untuk membuka mata perlahan. Kulihat dada bidang tengah melingkupi pandanganku.
" Sudah kubilang kalau jalan lihat-lihat. Kutu buku."
Suara itu lagi
" Hei kak aku punya nama, Kana ingat Kana bukan kutu buku." Balasku sengit
" Kutu buku yang cerewet ternyata." Ujarnya meninggalkanku
" Huhh.. sabar kan.. sabar.. anak baik di sayang Tuhan." Ucapku sambil mengelus dada.
Ku dengar tanda istirahat berbunyi nyaring.
"Kana ke kantin yuk." Ajak Hanin teman satu kelompokku.
Ku ikuti Hanin menuju ke kantin.
" Kan mau mesen apa?." Tanya Hanin melihat sekeliling sambil meneguk air liur.
"Dia sangat lapar ternyata" batinku
"Aku mau mie ayam pakai cabe 2 sendok terus kuahnya sedang aja minumnya air es teh han" Ujar ku menatap mie yang mengepul keluar dari panci Abang yang nampak sibuk melayani pelanggan.
" Oke kan tak pesenin dulu, yang sabar yah." Balasnya terkekeh meningkatkan ku
5 menit berlalu
Meja kami telah terisi dua mangkok mie ayam yang menggiurkan.
Ku santap mie itu selagi hangat tanpa basa basi. Tak lama mangkok itu sudah habis dengan bibir kami yang memerah merona karna kepedasan.
" Kana kamu tau tidak kalau cowok yang nyelamatin kamu dari bola tadi adalah cowok menurut hasil Polling adalah cowok tertampan di sekolah ini. Namanya Rayhan Purnama " Ujar Hanin membuatku mengerenyitkan dahi.
" Tampan dari mananya coba? Itu cowok muka sangar jutek dibilang tampan. Mata yang poling gak sehat kali, katarak." Balasku tak sependapat
" Astaga Kana, kayaknya kamu deh yang perlu periksa mata." Kata Hanin memijit keningnya pelan
" Mata aku masih bagus banget Gan buktinya aku masih bisa lihat bacaan itu." Tunjuk ku pada tulisan yang cukup jauh dari kami.
" Emang apa tulisanya??. " Tanya Hanin menyipitkan matanya
" Anda tertipu." Jawabku sambil tertawa
" Kamu menipuku Kana! Sini! Awas kau ku gelitik sampai nangis." Ujarnya sambil tertawa-tawa.
Sejenak aku melupakan kalau kami masih ada di kantin sekolah. Aku suka dengan Hanin dia polos dan ceria walaupun kami baru kenal selain itu dia mudah mudah mencairkan suasana bukan seperti ku yang cenderung agak kaku.
Bel sekolah berbunyi, seperti biasa saat SMP dulu aku pulang di bonceng oleh Bima. Keluargaku sudah mempercayakan Bima untuk mengakali kemanapun Tampa khawatir karna keluarga kami sudah kenal dan bersahabat sejak lama.
Saat di tengah perjalanan Bima iseng mempercepat laju motornya padahal dia sudah saat tau aku paling benci kebut-kebutan di jalan.
Saat di lampu merah kulihat motor ninja hitam di samping motor kami. Pengemudinya menatapku tajamembuatku merinding dibalik helem yang menutupi seluruh wajahnya.
Saat lampu hijau motor Bima berjalan lebih dulu dan tatapan itu masih tak lepas dari pandanganku.