Motor Bima berhenti tepat di depan rumah. Setelah makan bakso dan membeli brownies kami langsung pulang takut pulang Kesorean.
"Makasih Bim teraktiranya. Gak usah mampir ya." Ucapku meninggalkan Bima yang melongo.
" Eh.. dasar tu Curut." Suaranya masih terdengar menggerutu saat aku membuka pintu rumah.
" Assalamu'alaikum Bu Kana pulang." Teriakku melihat sekeliling.
" Loh kok sepi." Ku letakkan kotak brownis di atas meja makan menuju kamar.
Seluruh badanku terasa gerah dan lengket. Aku bergegas mandi membersihkan diri.
Tak terasa Jam sudah menunjukan pukul 7 malam. Saat aku sudah sampai di meja makan disana sudah ada ibu dan ayah.
"Bu abang mana?." Tanyaku memulai pembicaraan.
" Abang masih ada tugas kampus tadi sudah pamit sama ayah." Jawab ayah menatapku sekilas dan lanjut makan.
" Gimana sekolah barumu?. Tanya ayah.
"Bagus yah tapi kalo menurut Kana yang paling bikin Kana betah ya kantin sama perpus ." Balasku nyengir
" Oh iya yah tadi Kana.." kata ibu
"Yah.. besok Kana mau naik ojek aja boleh kan." Kataku memotong perkataan ibu bisa berabe ni dirumah di bully terus kalo sampai ayah tau kejadian tadi pagi apalagi yang barusan mumpung ibu sering lupa jadi sabet aja dah.
" Kenapa gak bareng Bima?." Tanya ayah heran
" Tadi Kana taruhan sama Bima kalo besok Kana harus naik ojek." Terang ku
" Kamu ini ada-ada aja sih Kana pokoknya ayah gak bolehin ya." Kata ayah tegas
"Tap yah Kan.."
"Ibu juga gak setuju kalo kamu naik ojek. Itu gak aman, nanti kalo ada apa-apa di jalan gimana atau nanti itu ojek culik kamu gimana?!." Omel ibu
"Ih ayah ibu ini.. Kana udah gede masa naik ojek sehari aja gak boleh. Nanti pulangnya sama Bima kok, boleh ya boleh ya." Ucapku mengeluarkan jurus andalan, Memelas.
"Pokoknya enggak sayang." Ucap ayah tegas
"Ih ayah mah ngeselin." Sungguh aku kesal sekarang kalo begini aku akan kalah dari si Kampret Bima itu.
" Assalamu'alaikum.." suara terdengar dari belakangku
" Galang udah pulang mau makan atau mandi dulu?." Tanya ibu pada Abang yang baru pulang kampus.
"Galang mau langsung makan aja Bu laper banget." Jawab Abang menarik kursi di sampingku.
"Loh Kana kenapa cemberut aja, makan gih keburu dingin nanti." Tanya Abang
"Ini bang ayah sama ibu gak bolehin Kana naik ojek." Balasku masih cemberut dengan muka di tekuk
"Loh kenapa naik Ojek?, Berantem sama Bima?." Tanya Abang lagi
" Itu loh adik kamu ini taruhan sama Bima kalo misalnya Kana harus naik Ojek besok. Tapi ayah sama ibu gak Ngijinin " Terang ibu sebelum aku menjawab
"Oh.. gitu aja cemberut sih Kan, besok biar Abang yang nganter tapi Kana harus kasih ongkos jalan biar di anggap ojek kan gak ada aturan kalo Abang juga gak boleh, gimana!?." Tawar Abang
"Okeh deh Kana mau tapi Abang harus bilang Ke Bima Abang ojek Kana ya besok." Pintaku sambil tersenyum cerah
"Iya.. iya.. ayo makan lagi kan kalo cerah gini Abang jadi semangat makan." Kata Abang mengapit leherku dengan lengannya.
"Abang bau ihh.. jangan dekat-deket." Kataku sambil menutup hidung.
"Ada-ada anak kamu mas." Kata ibu.
"Mereka juga anakmu sayang." Ujar ayah
Kami pun tertawa, suasana hangat menyelimuti makan malam seperti biasa.
"Ya tuhan semoga kebahagiaan selalu menyertai kami." Batinku
Kring kring
Bunyi lonceng nyaring membangunkan tidur nyamanku yang indah.
"Bima kampret.. Ahkk.." teriakku kesal bangun dengan tergesa hingga terlilit selimut dan jatuh mulus ke lantai yang dingin.
" Kana kamu kenapa?" Terdengar dari jendela tapi tidak Ku hiraukan karna denyutan di kakiku sangat menyakitkan.
Aku mencoba untuk berjalan sambil berpegangan pada pinggiran ranjang.
Nyut..
Sakit sekali kakiku setiap melangkah tak terasa mataku berkaca-kaca sangking sakitnya.
Tapi tetap ku paksakan untuk ke kamar mandi untuk berbenah dan melaksanakan ibadah.
Jam sudah menunjukkan pukul 6 pagi saat aku keluar kamar sambil tertatih dan meringis.
"Dek kamu kenapa?." Tanya Abang saat aku sudah ada di ruang tamu dengan segelas susu dan roti ditangannya.
"Tadi jatuh di kamar bang." Balasku sambil memijit kakiku pelan.
"Wah sampai biru gitu dek gak usah sekolah aja nanti Abang Pangilun bik Sumi biar diurut nanti tambah bengkak loh." Kata Abang sambil sembari menyuapiku roti.
" Gak usah bang nanti juga sembuh kok." Ujar ku meneguk susu hingga tandas.
" Yakin?." Tanya abang dengan ragu.
" Iya bang Kana yakin." Balasku yakin.
"Yaudah Abang ambil kunci dulu motor dulu." Ujar Abang membawa cangkir dan piring ke belakang.
Tak berselang lama Abang datang dengan mengunakan jaket kulitnya.
Aku berjalan keluar rumah menahan sakit dan menaiki motor Abang sedikit susah harus bertumpu dan menekan kaki yang sakit.
"Eh kok Kana ikut kamu bang?." Tanya Bima yang memarkirkan motor di depan rumah.
" Kan hari ini Kana naik ojek dan Abang ojek tampannya hari ini." Balas Abang sok yes membuatku terkekeh.
" Ih kau curang Kana." Kata Bima tak terima.
" Bodoo yang penting aku menang.. Awas cecan mau lewat, Hehehe." Ucapku dengan motor berlalu meninggalkan Bima.
"Sekolah yang rajin ya dek." Ujar Abang mengelus puncak kepalaku yang tengah Salim Sesampainya di sekolah.
"Oke bang Kana sekolah dulu assalamu'alaikum." Ucapku
"Waalaikumsalam." Ujar Abang
Aku berjalan pelan sambil menggenggam tali tas.
Menuju ruang kelompokku sesampainya di sana suasana kelas masih agak sepi hanya ada dua orang di dalam kelas.
Aku duduk bangkuku dengan tenang walau nyeri kakiku masih sangat terasa.
"Siapa yang namanya Kana?" Seru seseorang kakak kelas dari depan pintu masuk.
" Saya kak ada apa?." Tanyaku
" Kamu di panggil ke halaman belakang cepat." Kata kakak kelas itu menarik tanganku hingga aku berjalan tertatih.
"Dipanggil siapa ya kak?." Tanyaku mencoba menahan Langkahnya.
"Udah gak usah banyak tanya deh ikut aja." Ujarnya
"Tapi kak tolong jalanya pelan-pelan." Ucapku memelas karna kakiku sangat sakit sekarang hingga keringat dingin mulai bercucuran.
"Dasar merepotkan." Ucapnya jengkel.
Kami sudah sampai di halaman belakang, kulihat seorang gadis cantik dengan potongan rambut sebahu yang indah.
"Wah dia cantik sekali." Batinku pelan
" Bella ini anak yang kau cari." Ucap kakak yang menarik tadi setelah melepaskan lenganku dengan kasar.
" Makasih Tio." Ujar kak yang bernama Bella itu
" Halo Kana." Sapa kak Bella terdengar ramah.
" Halo kak." Balasku kikuk
"Kamu pasti bertanya-tanya kenapa aku memanggilmu ke sini kan." Kata Kak Bella dengan tangan terlipat di dada.
"Iya kak." Jawabku
" Kau tau Kana wajahmu memang lumayan tapi kalau kuberi tanda dengan kukuku pasti jadi lebih Menarik." Ujarnya sambil melihat kuku jari yang tajam
"Maksudnya apa ya Kak?." Tanyaku bingung
" Aku paling benci cewek sok polos, kau itu gak tau diri banget ya? Merasa sok cantik hah."
"Apa sih kak aku beneran gak ngerti!." Balasku heran dengan tingkah aneh kakak kelasku ini
"Dasar adik kelas belagu." Ucap Kak Bella hendak menamparku
Tapi sebuah tangan menghalanginya dengan sigap.
"Kamu.."