Pelarian mereka di tengah malam terus berlanjut, selama hampir tiga jam telah berlalu sejak Liana menarik Evelyn untuk melarikan diri dari pria misterius itu.
Dalam pelarian mereka, Evelyn tak henti-hentinya merapalkan mantra advance shield dan membuat barier di sepanjang jalan yang mereka lalui berharap bisa memperlambat para pengejar mereka.
Evelyn bahkan merapalkan mantra lain seperti lendir lengket, tanah berlumpur atau apapun yang bisa menjadi penghalang untuk pria itu.
Sementara Liana merapalkan mantra penyembuhan agar mereka tidak kelelahan dan bisa terus berlari dari pria itu sampai mereka berhasil selamat.
Dalam tiga jam ini, beberapa anak buah pria itu memang terkena perangkap yang Evelyn pasang, namun setelah mereka tahu, mereka mulai berhati-hati dan Evelyn berhenti melakukannya karena sekarang sia-sia jika dia melakukannya.
"Gadis cerdik yang menyebalkan." pria misterius itu berkata dengan nada datar.
Selain itu, hutan ini juga merupakan medan alami sehingga pelarian Evelyn dan Liana juga lebih mudah, pria misterius itu hingga saat ini masih kesulitan menentukan ke arah mana Evelyn dan Liana berlari.
Sejak dia masuk ke hutan ini, dia merasakan hal aneh. Hutan ini seakan melindungi Evelyn dan Liana, dia tak bisa menggunakan kekuatan mentalnya untuk memindai kedua gadis itu.
Meskipun Evelyn memasang beberapa jebakan namun itu bukan jebakan yang fatal, beberapa hal yang menyebabkan dia menderita kerugian sebenarnya berasal dari hutan ini. Serangga beracun, laba-laba mutan, ular besar sampai tanaman berbahaya entah mengapa selalu mereka temui, ini juga yang membuat mereka kehilangan jejak kedua wanita itu.
"Hutan ini aneh." pria itu mulai merasakan ada yang tidak beres.
Dia mengangkat satu tangannya untuk menghentikan pasukannya. Entah sejak kapan kabut dihutan ini menjadi semakin tebal.
"Apa nama desa tadi?" pria itu bertanya pada salah satu bawahannya.
"Desa Owil." jawab anak buahnya cepat.
"Jadi begitu, itulah yang orang-orang sebut desa Owil, pantas saja selama ini aku tidak bisa menemukan mereka." gumam pria misterius itu dengan nada dingin.
"Apa perintah anda tuan?" tanya anak buahnya lagi.
"Kembali. Kita akan melanjutkan pencarian besok pagi." pria itu memberikan perintah.
"Baik tuan."
"Kita akan memanggil bala bantuan." lanjut pria misterius itu.
"Baik tuan."
Kemudian kelompok pengejar itu mundur dan keluar dari hutan menuju desa Owil, lebih tepatnya kembali ke rumah milik Evelyn dan Liana.
*****
Evelyn dan Liana mulai kelelahan, sihir bukanlah sesuatu yang abadi yang bisa dipakai terus menerus tanpa menguras stamina penggunanya, terutama Liana.
Liana bukanlah Evelyn, kekasih para dewa, pengguna Unlimited yang memiliki ketahanan di luar nalar manusia biasa.
"Mari kita istirahat sebentar." bujuk Evelyn dengan nada khawatir yang jelas.
Liana terdiam, kemudian dia menganggukan kepalanya. Lalu mereka berhenti dan mulai beristirahat di salah satu pohon besar yang mereka temukan.
Tiba-tiba dari tangan Liana keluar sebuah tikar dan juga selimut yang sudah dikenal oleh Evelyn membuat Evelyn sedikit terkejut.
"Liana, kamu bisa melakukan sihir ruang?" tanya Evelyn sedikit bingung dan bersemangat.
Liana menggeleng kemudian bersuara, "Tidak, aku tidak bisa."
"Lalu itu?" ujar Evelyn menunjuk tikar dan selimut yang dikeluarkan Liana.
Liana tersenyum kemudian mengangkat tangannya memperlihatkan cincin yang dipakai ditangannya lalu kemudian dia menjelaskan fungsi cincin itu kepada Evelyn.
"Cincin ini mempunyai ruang dimensi sekitar 30 meter, jadi aku memutuskan menyimpan segalanya didalam sini."
"Jadi, rumah kita kosong?" tanya Evelyn tak percaya.
"Yah, begitulah." ujar Liana tersenyum.
"Pantas saja kau sedikit terlambat tadi."
Ketika Evelyn keluar setelah membekukan api yang membakar rumahnya, Liana memang mengikuti dibelakangnya namun dia sedikit lambat dari pada biasanya, ternyata begitu, ternyata Liana menyimpan segala hal yang ada di rumah terlebih dahulu.
Mereka memang memutuskan untuk pergi dari desa Owil tempat mereka tinggal saat ini, tapi rencana mereka adalah beristirahat selama satu malam paling singkat, bila diperlukan mereka bisa beristirahat dua sampai tiga malam lagi.
Yah, sebelumnya Evelyn cukup yakin dengan kekuatannya sehingga jika mereka tidak segera bersembunyi tidak akan terjadi apa-apa pada mereka. Namun, siapa yang menyangka bahwa mereka akan diserang pada tengah malam dan harus terpaksa melarikan diri seperti saat ini.
"Jadi apa cincin ini bisa menyimpan makhluk hidup?" tanya Evelyn penasaran.
"Sayangnya tidak bisa." jawab Liana menggelengkan kepalanya.
Evelyn mendesah kecewa, namun dia tak berlama-lama kecewa, memiliki item ini saja sudah membawa banyak keuntungan bagi mereka, dia tidak boleh serakah.
"Apa lagi yang kau bawa? Kalau kau mengosongkan seluruh isi rumah berarti kau membawa semua bahan makanan kita kan?" tanya Evelyn dengan mata berbinar.
Liana mengangguk, kemudian tersenyum sedikit geli melihat tingkah laku Evelyn, karena masa lalu yang sulit, Evelyn mengembangkan sifat foodie, dia suka makan, terutama makanan enak diseluruh tempat yang pernah dia kunjungi akan dia catat resepnya kalau bisa.
Setelah itu Liana mengeluarkan paha ayam yang telah mereka bumbui sebelumnya beserta daun teh, air dan alat-alat untuk membuat teh.
Mereka tidak dalam kondisi bisa bersantai sepenuhnya sehingga Liana hanya akan mengeluarkan hal-hal ini yang bisa mempersingkat waktu persiapan, untungnya karena mereka berjualan paha ayam bakar jadi mereka memiliki banyak stok paha ayam yang telah di bumbui membuat semuanya mudah.
Segera setelah Liana mengeluarkan 4 paha ayam dan daun teh serta alat-alat untuk membuat teh, Evelyn berkeliling sebentar untuk mengumpulkan ranting-ranting pohon yang terjatuh, untungnya ada banyak ranting pohon kering disekitar mereka.
Setelah itu Evelyn membuat api untuk membakar paha ayam yang telah dibumbui itu dan juga untuk merebus air untuk menyeduh teh.
Melihat Evelyn dengan riang membakar paha ayam membuat Liana sedikit merasa lega, Evelyn tidak menanyakan apapun padanya, Evelyn benar-benar anak yang pengertian, terlepas dari sifat dinginnya, sebenarnya dia adalah anak yang hangat didalam.
Dia tak menanyakan apapun pada Liana, bahkan jika dia sangat penasaran. Evelyn tahu bahwa Liana memiliki rahasia tersendiri yang harus dia jaga. Evelyn pun juga sama, dia memiliki rahasianya sendiri yang akan selalu dia jaga.
Segera setelah itu paha ayam telah matang dan aroma daging bakar tercium di udara membangkitkan nafsu makan kedua wanita itu. Daun teh juga telah diseduh dan siap dihidangkan.
Ditengah hutan, ditutupi kabut tebal. kedua wanita makan dengan riang tanpa mempedulikan apapun. Mereka benar-benar santai.
*****
Sementara mereka makan dengan riang ditengah hutan. Pria misterius itu telah kembali kerumah Evelyn dan Liana.
Meski terlihat sederhana, dia tahu rumah ini pasti menyimpan banyak benda berharga dan dia pasti akan mengambilnya sehingga kedua wanita itu akan kesulitan bahkan jika mereka berhasil melarikan diri nantinya.
Namun apa yang tak pria itu tahu adalah cincin Liana yang bisa menyimpan berbagai benda, untungnya tak ada benda bernyawa apapun selain mereka berdua dirumah itu sehingga Liana bisa memasukkan semuanya kedalam cincin miliknya.
"Sial!" teriak pria misterius itu murka.
Ketika dia masuk kedalam rumah. Seluruh isi rumah kosong, dia tak mendapat apapun dan hanya bisa mengumpat dengan murka.