Hanya dalam seminggu, reputasi Vivi hancur.
Dia tinggal di kota tua, sebuah bangunan kumuh, seolah-olah akan runtuh selama angin bertiup.
Orang-orang di sini mengenakan pakaian murah, berbicara dengan senjata dan tongkat, dan tubuh mereka kotor dengan bau keringat. Ada berbagai macam orang dari berbagai lapisan masyarakat.
"Apa sih tempat ini?" Dengan koper di tangan dan sepatu hak tinggi di jalan bergelombang, Vivi disiram air oleh anak-anak yang berlari.
Ini benar-benar memicu kemarahan di hatinya. Dia menunjuk anak itu dan mengutuk, "Ah! Nak, berhenti!"
Anak laki-laki itu menoleh ke belakang dan terus berlari.
Vivi sangat marah sehingga dia menghentakkan kakinya. Dia ingin mengejar anak itu dan memukulinya. Tapi setelah dua langkah, dia tersandung jalan yang tidak rata.
"Ah ..." Dia berteriak dan jatuh ke tanah.
Rasa sakit menyapu tubuhnya seketika dan menarik perhatian orang yang lewat.