Zain membawa kucing liar putih abu-abu dengan bekas luka koyak di daun telinga kirinya bersama Karin yang memegang kandang lipat dari jok belakang motor Karin. Aku sendiri duduk di tempat pijakan kaki depan, terlindungi kaki Zain ketika aku menggaruk tengkukku yang gatal.
Badanku yang kotor mulai terasa gatal-gatal. Zain beberapa kali melihatku sibuk menggaruk tepat di bawah kakinya.
"Shiro harus dimandikan pakai air obat sepertinya, ya?" tanya Zain disela mengendarai motor menuju rumahnya.
"Ya, tentu saja! Bulunya sudah sangat kotor, dia tak pernah sekotor itu selama ini."
"Shiro jadi pahlawan hari ini. Walau harus rela membuat tubuhnya kotor demi berhasil menemukan kucing putih abu-abu itu. Biar nanti Kak Nia atau asistennya yang mengurus Shiro."
"Kak Nia bisa memandikan kucing juga, ya?"
