Zain yang masih duduk memangku Queen, pindah duduk ke sofa panjang yang sedang aku duduki bersama Karin. Zain mengulurkan tangan kanannya kepadaku. "Tolong ya, tuan penyihir kucing!" ucap Zain setengah bercanda.
"Baiklah."
Aku meletakkan tangan kananku di atas telapak tangan kanan Zain yang mengalami luka-luka mulai dari telapak tangan hingga tiga jarinya, karena refleks menahan pisau seperti perkataannya. "Untung saja pisaunya kecil, jadi tidak banyak dan dalam lukanya."
"Hehehe... iya."
"Jangan tertawa Zain! Bagaimana pun hal yang kamu lakukan itu berbahaya! Walau ujung-ujungnya katamu, syukur, untung!" seru Karin yang jelas sangat khawatir.
"Iya, maaf!"
"Sekarang tolong tenang sebentar ya? Aku baru bisa menguasai sihir medis, jadi sedikit gugup kalau kalian asyik bercanda!"
Karin dan Zain mengangguk bersamaan.
