Ayah Karin melihat kepada anaknya dengan bengis. "Baiklah!" ucapnya mengambil kertas yang ia letakkan di sofa lalu menandatanganinya dengan cepat. Setelah itu ia letakkan di atas meja dengan kesal sebelum pergi meninggalkan ruang keluarga.
"Karin banyak belajar dari ayah dan rekan seperjuangan ayah yang banyak janji saat kampanye, tapi tak pernah ditepati! Hehehehe..."
Zain menahan dirinya untuk tidak tertawa mendengar perkataan Karin kepada ayahnya sendiri yang seorang pejabat.
"Anak macam apa kamu yang mengatai ayahnya sendiri?!"
"Ayah macam apa yang selalu mengatur kehidupan anaknya! Buah itu jatuhnya tidak jauh dari pohonnya ayah. Hehehehe..." Karin menundukkan tubuhnya, mengambil kertas perjanjian yang baru ditandatangani oleh ayahnya lalu kembali duduk ke tempat ibunya sambil tetap menggendong aku dan Queen.
Ayah Karin segera berlalu meninggalkan ruangan itu dengan wajah jengkel.
