Singa jantan berusia empat tahun ada di depan matanya, tengah memperhatikannya sangat tajam. Caelia merinding ketakutan. Dia meringkuk, bersembunyi dibalik tubuh kekar Daniel.
"Dia laki-laki atau perempuan Om?" Tanya Caelia sedikit ketakutan.
Zac, singa tersebut terlihat manja pada Daniel. Tubuhnya bersandar pada Daniel, bagaikan seorang anak yang memeluk ibunya.
"Laki-laki." Jawab Daniel dingin. Tangan pria itu mengusap tubuh Zac dengan lembut dan penuh kasih sayang.
Caelia benar-benar ketakutan. Terlebih, wajah Zac mengarah padanya. Zac terlihat tidak ramah dengannya. Bahkan, tadi dia sempat mengaum saat melihat dirinya.
"Zac sepertinya tidak menyukai Caeya." Kata Caelia.
Daniel menurunkan Zac. Menyuruhnya untuk duduk di sofa. Sedangkan dirinya menghadap Caelia, mendapati gadis itu sangat ketakutan.
"Dia sulit dekat dengan manusia." Kata Daniel.
Caelia tersenyum simpul. Merasa gugup. "Bagaimana jika nanti Caeya dimakan Zac saat Om sedang di luar?"
Daniel mengangkat sebelah alisnya, merasa bingung dengan pertanyaan Caelia.
"Maksudnya, nanti saat kita menikah lalu Om bekerja..." ucap Caelia menyadari kebingungan Daniel.
Daniel tersedak ludahnya sendiri mendengar hal itu. Dia benar-benar seperti seorang pedofil jika menikah dengan Caelia.
"Sentuh lah dia." Caelia terkejut mendengar perintah tersebut.
"Aku seperti sedang mendengar seseorang menyuruhku untuk mengantarkan nyawanya." Lirih Caelia pelan.
Daniel tiba-tiba mengangkat tubuh Caelia dengan mudahnya. Berat badan Caelia yang hanya 48 serta tinggi nya yang tak sampai 165 membuat Daniel, pria dengan tinggi badan 190 itu dapat dengan mudahnya mengangkat tubuh mungil Caelia.
"Astaga, Om!" Caelia tersentak. Gadis itu kini duduk di atas pangkuan Daniel, berhadapan persis dengan Zac yang memperhatikan Daniel.
"Pegang!" Pinta Daniel.
Dengan ragu dan takut, Caelia mulai menyentuh kepala Zac. Dia mengusapnya pelan meskipun masih ragu-ragu.
"Nanti kalau dia ngap bagaimana?" Daniel tertawa dalam hati. Gadis muda di depannya ini terlihat sangat polos. Bahkan, dia masih menggunakan seragam sekolahnya.
Dagu Daniel menunjuk Zac kembali, seolah menyuruh Caelia untuk memberanikan diri.
Caelia berusaha menyentuhnya lebih berani. Dia mengusap pelan tubuh Zac. Tetapi, Zac tiba-tiba berdiri. Hal itu membuat Caelia ketakutan setengah mati.
Spontan, Caelia berteriak. Dia berbalik badan dan memeluk tubuh Daniel sangat erat. Gadis itu terus bergerak dan merengek di atas pangkuan Daniel, membuat milik pria itu bereaksi seketika.
Daniel memejam, berusaha menahan hasratnya. Dia bukan pria brengsek yang akan menyerang Caelia di usianya yang tergolong sangat muda. Setidaknya, jika memang Daniel menginginkan Caelia, dia akan merenggut keperawanannya saat usia dua puluh tahun. Itu yang Daniel pikirkan.
Tangan Daniel mengusap punggung Caelia, berusaha menenangkan gadis itu. Dia bahkan berbisik di telinga Caelia. "Jika kau bisa berteman dengan Zac, kau bisa berteman dengan yang lain." Bisik Daniel.
Sontak, Caelia menegang. Dia menarik tubuhnya, menatap Daniel heran. "Yang lain?"
"Ada Roxy dan Dexter." Jawab Daniel.
Rasanya, tubuh Caelia lemas seketika. "Jenis apalagi itu Om?" Tanya Caelia. Dia berharap, mereka adalah seekor kucing atau anjing. Setidaknya, akan normal jika memang begitu.
"Harimau putih dan Cheetah." Nadi Caelia seolah nyaris putus ada di tempatnya. Dia sangat amat lemas.
Kepalanya mendongak kebelakang, melihat Zac yang tetap diam di tempatnya sembari memperhatikannya. Entah apa yang dipikirkan singa jantan itu.
Mungkin, Zac sedang berpikir tentang tubuh Caelia bagian mana yang sangat enak untuk dimakan.
Caelia menggeleng cepat, mencoba menepis pemikirannya saat ini. Dia kembali meyakinkan diri bahwa Zac baik.
"Apa Zac pernah melukai orang?" Tanya Caelia.
Daniel mengangguk.
"Siapa?" Caelia kembali bertanya.
"Nathan."
Semakin surut keberanian Caelia untuk mendekati Zac. Nathan, yang jelas-jelas kembaran tuannya saja dilukai. Apalagi Caelia yang bukan siapa-siapa? Mungkin, Caelia benar-benar akan menjadi santapan lezat untuk singa jantan satu ini.
"Roxy harimau putih dan Dexter Cheetah?" Tanya Caelia.
Daniel berdeham, tanda bahwa ucapan Caelia benar.
"Apa mereka lebih liar daripada Zac?" Beruntung, Daniel mendapat perempuan cerewet seperti Caelia. Jika Daniel mendapat perempuan dengan sifat yang dingin, mungkin tak ada obrolan di saat pertemuan mereka.
"Hm." Caelia hanya bisa tersenyum paksa. Dia sedang berusaha tetap sadar dengan semua keliaran yang ada di sekitar Daniel.
"Permisi, Tuan. Makanan sudah matang." Tiba-tiba, seorang pelayan datang.
Daniel tidak menjawab apapun. Dia menurunkan Caelia dari pangkuannya, kemudian berdiri.
Saat Daniel berdiri, Zac secara otomatis ikut. Dia segera berjalan di belakang Daniel, bagaikan seorang anak yang mengekori ayahnya.
Caelia menyingkir cepat. Dia kini berada di dekat pelayan yang tadi. "Apa kalian tidak takut padanya?" Tanya Caelia.
"Tidak, Nona. Mereka jinak dan selalu diberi makan tepat waktu. Nona tidak perlu takut." Jawab pelayan tersebut.
Mereka berjalan menuju ruang makan dengan Daniel dan Zac yang memimpin di depan sedangkan Caelia di belakang, mengekor dengan pelayan tadi.
"Apa mereka makan daging manusia?" Tanya Caelia.
Pelayan tadi tertawa. Otomatis, Daniel menghentikan langkah kakinya dan menoleh. Dia ingin tahu apa yang membuat gadis itu tertawa.
"Tidak, Nona. Mereka tidak makan daging manusia. Nona tenang saja." Kata pelayan tersebut.
Daniel memicing tak suka. "Pras, pergilah. Beri makan Roxy dan Dexter!" Pinta Daniel.
Pras, pelayan tersebut mengangguk. Dia segera berlari menjauh dari sana.
Caelia mengerucutkan bibirnya melihat kepergian Pras. Padahal, dia suka mengobrol dengan Pras.
Mereka telah sampai di meja makan. Daniel duduk di samping Zac yang saat ini tengah setengah duduk di atas kursi. Singa yang satu itu selalh saja mengikuti Daniel, membuat Caelia cemberut karena tidak bisa dekat dengan Daniel.
"Makanannya tidak enak?" Tanya Daniel mendapati wajah Caelia yang kusut.
Caelia menggeleng cepat. Dia menghela napasnya. "Aku tidak bisa dekat dengan Om gara-gada ada Zac."
"Kau membencinya?" Caelia kembali menggelengkan kepalanya.
"Aku menyukainya. Tetapi, aku masih sedikit was-was." Jawabnya.
Daniel hanya terdiam. Keduanya makan dengan tenang, hingga akhirnya Caelia mulai membuka suara, memecah keheningan yang ada.
"Om... apa kita akan menginap di sini, tidur bersama seperti yang ada di novel-novel? Apa jangan-jangan, Om sedang menculik Caeya?" Daniel tersedak makanannya sendiri. Dia segera minum, kemudian mengusap kepala Zac karena peliharaannya satu itu mengaum panik.
"Aku hanya ingin meminjam buku itu. Kita terjemahkan bersama." Jawab Daniel, membuat Caelia ber-Oh ria.
"Caeya membawanya kok Om. Tenang saja..."
"Ngomong-ngomong, tadi Om darimana? Kenapa lama sekali menjemput Caeya?"
"Saya kembali bekerja. Dan saya akan mulai membuat mesin waktu menggunakan bantuan buku milikmu."