Sudah beberapa hari, Ryan kehilangan komunikasi dengan Angel. Hal itu membuat pekerjaannya menjadi sangat kacau. Selama di kantor, pria itu jadi uring-uringan. Tak ada satu pun pekerjaan yang benar-benar bisa dikerjakan.
"Steve!" teriak Ryan pada asistennya. Bukan sekedar asisten saja, Steve adalah sepupunya.
"Tak perlu berteriak! Aku juga sudah mendengarnya," protes Steve pada bos sekaligus sepupunya. Dia bisa menebak jika kekacauan Ryan pasti karena sosok perempuan yang sudah membuatnya tergila-gila.
Ryan mengambil jas miliknya yang tergantung di sudut ruangan. Seolah dia akan meninggalkan ruangan itu. Wajahnya juga tampak kacau dan sama sekali tak bersemangat.
"Temani aku mencari Angel!" Sebuah kalimat yang terdengar seperti sebuah perintah baru saja dilontarkan oleh Ryan pada sepupunya. Pria itu sudah tak bisa lagi menunggu dan berdiam diri tanpa melakukan apapun.
"Ini sudah ke lima kalinya kita mendatangi night club untuk mencari perempuan bayaran itu," ucap Steve pada sosok pria yang sudah tak sabar untuk menemui seorang perempuan yang beberapa hari yang lalu dibayarnya.
"Jangan menyebut Angel seperti itu! Bahkan aku tak bisa menyentuhnya tanpa mendapatkan persetujuan darinya. Yang lebih mengesalkan lagi, mengapa dia mengembalikan semua uang pembayaran dariku? Apa yang sebenarnya dipikirkan oleh Angel?" Ryan tampak sangat frustrasi dan tak menerima pengembalian pembayaran itu. Harga dirinya ternoda karena seorang perempuan yang beberapa hari lalu bersamanya.
Steve mengira jika perempuan yang dikencani oleh sepupunya itu adalah sosok perempuan bayaran biasa yang akan terhipnotis oleh pesona Ryan Fernandez. Namun dugaannya ternyata salah, Angel bukan perempuan murahan seperti perempuan-perempuan yang biasa dikencani oleh Ryan.
"Jangan membuat keributan di sana! Jika papamu mendengar kamu kembali berulah, aku tak mau membantumu kali ini," ancam Steve pada sosok pria tampan yang memiliki karir cemerlang dan tentu saja berasal dari keluarga kaya raya.
"Tidak akan! Reine bisa menggantungku jika aku sampai lecet apalagi terluka," goda Ryan Fernandez pada asisten yang selalu membereskan segala kekacauan yang dibuatnya.
Mereka berdua akhirnya berangkat menuju ke night club yang berada lumayan jauh dari kantor itu. Tujuan pencarian kali ini masih tentang keberadaan Angel yang seolah menghilangkan begitu saja.
Ryan tak akan berhenti sebelum dia menemukan perempuan yang telah membuatnya kehilangan arah. Bahkan sejak menghilangnya Angel, lelaki itu sama sekali tak pernah berkencan dengan perempuan manapun. Seolah pesona seorang Angel telah melekat dan membutakan mata Ryan.
Tak berapa lama, dua pria itu telah sampai di sebuah night club langganan Ryan. Manager night club langsung memberikan sambutan khusus pada tamu VIP club itu.
"Selamat malam, Mr Ryan," sapa manager itu dengan sangat ramah dan tentunya sangat sopan.
"Apakah Angel datang malam ini?" Tanpa basa-basi, Ryan langsung melemparkan pertanyaan itu pada sang manager club.
Pria itu tersenyum penuh arti pada tamu VIP club itu. Dia sudah menduga jika Ryan Fernandez datang untuk mencari sosok DJ cantik yang sudah beberapa hari tak perform.
"Angel mengajukan cuti untuk beberapa waktu ke depan. Dia berkata ada hal penting yang harus diselesaikan secepatnya. Kemungkinan besar dalam beberapa hari ke depan dia tak akan datang ke club," jelas seorang pria yang menjadi manajer club langganan Ryan.
"Apa! Hal penting?" Ryan terdiam sejenak sembari memikirkan alasan menghilangnya Angel yang tiba-tiba. Kebetulan kejadian itu terjadi setelah dirinya berkencan dengan perempuan itu. "Kita temui dia ke hotel." Tanpa mengatakan hal lain lagi, pria itu langsung keluar begitu saja dari club menuju ke tempat di mana mobilnya berada.
Merasa Ryan sudah mengetahui hotel tempat Angel tunggal, dia berinisiatif untuk mengemudikan mobil itu sendirian. Membiarkan Steve duduk tenang di sebelahnya.
"Apakah kamu mengetahui tempat tinggal Angel?" tanya Steve saat menyadari sepupunya itu mengemudi ke jalan yang berlawanan arah dari Kediaman Fernandez.
"Aku pernah mengantarkan dia ke hotel itu setelah berkencan." Ryan tak menjelaskan jika kondisi Angel saat itu sangat memperhatikan. Bahkan wanita itu tampak sangat kesakitan hingga wajahnya sangat pucat.
Mendengar jawaban itu, Steve bisa merasa lebih tenang. Setidaknya mereka tak akan tersesat di jalanan yang terasa asing baginya.
Setelah melewati jalanan panjang yang cukup ramai, Ryan membelokkan mobilnya di sebuah hotel berbintang yang berada di pinggiran kota. Sebuah hotel yang tampak cukup mewah dengan harga bangunan bergaya Eropa.
"Hubungi Orlando atau Angel sekarang juga!" pinta Ryan pada sepupunya.
"Sudah beberapa hari nomor mereka tak bisa dihubungi." Untuk memastikan hal itu, Steve kembali menghubungi Angel dan juga manager pribadinya. Seperti sebelumnya, nomor mereka sama sekali tak tersambung. "Merek berdua tak bisa dihubungi," ulang Steve setelah memastikan hal itu.
Ryan memutuskan untuk langsung masuk ke dalam hotel. Dia menuju ke resepsionis untuk menanyakan keberadaan perempuan yang beberapa hari lalu bersamanya.
"Tolong periksa kamar 212, apakah Angel ada di kamarnya?" Seperti seorang bos yang memerintah, Ryan langsung melontarkan perkataan itu tanpa basa-basi sedikit pun.
"Mohon maaf, Tuan. Nona Angel baru saja check out tadi siang. Sepertinya Anda datang sedikit terlambat," jawab seorang perempuan muda yang bekerja di bagian resepsionis. Sejak kemunculan Ryan, dia tak henti-hentinya memandangi wajah tampan itu. Bahkan tanpa sadar, perempuan itu tersenyum sendiri sembari terus memandangi sang Casanova.
Sayangnya Ryan sama sekali tak menyadari tatapan nakal dari perempuan itu. Dia terlalu kalut karena tak menemukan Angel di manapun.
"Anda sudah melecehkan bos saya!" Tiba-tiba Steve melontarkan sebuah tuduhan serius pada sang resepsionis.
"Apa maksud Anda? Saya tak melakukan apapun pada pria tampan ini." Dengan bodohnya sang resepsionis tak bisa mengendalikan mulutnya sendiri. Perempuan itu justru keceplosan tanpa sadar.
"Saya akan melaporkan perlakuan tak senonoh Anda pada manager hotel ini." Steve sengaja memberikan ancaman itu agar resepsionis itu bersedia memberikan sedikit bantuannya.
Dengan wajah pucat, perempuan itu memandang Steve dan juga Ryan. Dia tak menyangka jika tatapannya yang berlebihan bisa membawa bencana.
"Saya akan membantu Anda asal jangan laporkan pada atasan saya." Dengan wajah takut dan juga panik, perempuan itu akhirnya menawarkan sedikit bantuan untuk mereka.
Steve tersenyum penuh kemenangan, rencananya berjalan sangat mulus. Dia pun harus mendapatkan sebuah informasi penting atas keberadaan Angel.
"Berikan alamat Angel pada kami. Bukankah pihak hotel pasti memiliki data para tamunya?" ucap sepupu dari Ryan itu.
"Mohon maaf. Kami tak bisa membocorkan informasi pribadi para tamu. Bisakah saya membantu hal lain saja?" Perempuan itu mengharap sesuatu yang tak mungkin bisa didapatkannya.
"Lebih baik saya menemui pimpinan Anda saja." Steve tersenyum penuh kemenangan pada perempuan muda yang cukup cantik itu. Dia sangat yakin jika rencananya pasti akan berhasil.