Chereads / Ciuman Hangat Bos Arogan / Chapter 9 - Kenikmatan Sebuah Ciuman

Chapter 9 - Kenikmatan Sebuah Ciuman

Pagi itu, Ryan terlalu bersemangat untuk segera menyambut hari. Sebenarnya bukan bersemangat, melainkan sudah tak sabar untuk bertemu dengan seorang perempuan yang beberapa hari yang lalu terang-terangan telah menolaknya.

Melewatkan jam sarapannya, Ryan Fernandez justru sibuk berada di dalam kamarnya. Masih ada banyak hal yang ingin dipersiapkannya sebelum bertemu dengan Angel. Tak biasanya pria itu merasa gelisah saat akan berkencan dengan seorang perempuan. Ada perasaan aneh yang semakin menggebu di dadanya, membuatnya seakan menggila karena seorang perempuan yang disebutnya "My Angel."

"Kamu tak sarapan dulu, Ryan," sapa Diana, ibu dari Ryan. Wanita itu melihat anak sulungnya tampak terburu-buru keluar dari kamar. Seakan ada sesuatu yang sangat penting yang harus dilakukannya.

"Aku ada meeting di hotel, Ma. Biar aku makan di sana saja bersama klien." Dengan gerakan cepat, Ryan mengecup pipi ibunya lalu bergegas pergi meninggalkan Kediaman Fernandez.

Diana Fernandez hanya menggelengkan kepala, melihat anak laki-lakinya berlalu begitu saja. Dia berpikir jika Ryan masih sangat hidup sembarangan dan sesuka hatinya. Wanita itu merasa sangat sedih karena merasa gagal mendidik anak sulungnya.

Dengan kecepatan yang cukup tinggi, Ryan melajukan mobilnya menuju ke sebuah restoran hotel yang menjadi titik temu. Sampai di lobby hotel, pria itu berjalan secepat mungkin menuju ke restoran yang berada tak jauh dari sana.

Dari kejauhan, dia melihat Angel bersama dengan seorang lelaki yang diyakininya sebagai seorang bodyguard yang merangkap manager.

"Maaf ... aku sedikit terlambat." Kalimat itulah yang pertamakali muncul di benak Ryan sebelum duduk bersama mereka berdua.

"Anda sudah membuang waktuku, Mr. Ryan," kesal Angel dengan wajah masam karena pria itu terlambat beberapa menit.

Secara spontan, Ryan memandang jam di tangannya. Ternyata benar, dia telah terlambat dari waktu yang telah di tentukan.

"Aku akan membayar setiap detik dari waktumu, My Angel." Sebuah senyuman penuh arti diperlihatkan Ryan pada sosok wanita yang tampil cukup cantik dengan dress panjang warna hitam yang begitu elegan.

"Anda bisa membaca dan juga menandatangani kontrak kerjasama kita sebelum melakukan perjalanan bersama Angel," jelas Orlando, seorang manager yang merangkap sebagai bodyguard untuk Angel.

Ryan hanya melihat sekilas tanpa membacanya, dalam sekali gerakan saja ... pria itu telah membubuhkan tanda tangannya di kontrak perjanjian itu. Kemudian ia kembali menatap sosok wanita yang terlalu memikat di matanya.

"Lebih baik kita berangkat sekarang, sedetik waktuku sangat berharga." Ryan lalu bangkit dan berdiri di sebelah Angel. Dia sudah bersiap untuk membawa wanita itu untuk menemaninya sepanjang hari.

Angel bisa melihat ekspresi tidak sabar yang sedang ditunjukkan oleh Ryan. Entah mengapa, wanita itu merasa jika pria itu terlalu berbahaya baginya.

"Apakah kamu membutuhkan pengawalan, Angel?" tanya Orlando pada sosok wanita yang memperlihatkan wajah cemas dan juga begitu gelisah.

"Aku bukan seorang penjahat! Untuk apa memakai pengawalan?" protes Ryan pada sang manager dari wanita di sebelahnya.

Melihat dan juga mendengar nada protes dari Ryan, wanita itu tentunya sangat paham. Terlebih ... sebelum memutuskan untuk melakukan kerjasama itu, Angel sudah mencari tahu berbagai informasi tentang seorang Ryan Fernandez.

"Tak perlu, Orlando. Benar kata Mr. Ryan tadi .... dia bukanlah seorang penjahat." Meskipun ada sedikit rasa takut di dalam hatinya, Angel memberanikan diri untuk menerima tantangan itu. Dia merasa tak ada hal yang perlu ditakutinya, apalagi sudah ada perjanjian berkekuatan hukum yang memberi payung atas perjanjian itu

Orlando hanya menganggukkan kepalanya saja tanpa memberikan jawaban apapun pada wanita itu. Dia hanya mencemaskan keselamatan dari Angel saja. Tak mampu menolak permintaan bos-nya, Orlando hanya bisa memandangi Angel masuk ke dalam sebuah mobil milik seorang Ryan Fernandez. Ada perasaan tak rela saat wanita itu harus menerima kontrak kerja bersama dengan pria yang begitu terkenal mempermainkan banyak wanita.

Di dalam mobil Ryan, suasana terdengar cukup sunyi. Hanya suara deru mesin mobil saja yang terlalu jelas di telinga. Pria dan wanita itu sama sekali tak mengatakan apapun, sampai Angel menyadari ada yang aneh dengan jalanan yang seharusnya dilaluinya.

"Bukankah kita akan meeting ke Blue Canyon Resort?" Angel tentunya sangat terkejut, saat menyadari Ryan justru melajukan mobilnya menjauhi lokasi itu. Tak bisa dipungkiri, wanita itu menjadi sangat cemas dengan sesuatu yang di luar rencana itu.

"Meeting telah ditunda. Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan ke suatu tempat." Tanpa perasaan berdosa, Ryan mengatakan hal itu tanpa beban sedikit pun. Bahkan dia sengaja tak terlalu peduli dengan nada protes dari wanita di sebelahnya.

"Apa! Anda membayar mahal hanya untuk berjalan-jalan .... " Angel sama sekali tak percaya dengan pola pikir pria kaya raya itu. Seakan uang sama sekali tak berharga baginya. Padahal untuk membooking dirinya saja, mereka harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit.

Ryan tersenyum simpul tanpa menanggapi perkataan Angel. Hingga tak berapa lama, mobil itu masuk ke sebuah mansion mewah yang menghadap langsung ke laut. Sebuah pemandangan paling sempurna di belahan dunia itu.

Kedua bola mata Angel langsung berbinar dalam senyuman bahagia yang terlukis tanpa sadar. Wanita itu semakin yakin jika sosok pria yang bersamaan bukan orang sembarangan.

"Apakah mansion mewah ini milik Anda, Mr. Ryan?" tanya Angel dalam wajah takjub karena begitu terpukau dengan sebuah pemandangan yang membuatnya kehabisan kata untuk melukiskannya.

"Bukan!" jawab Ryan dalam wajah dingin. Melihat Angel hanya berdiri di sisi mobil tanpa bergerak dari sana, pria itu menariknya agar segera masuk ke dalam bangunan mewah bergaya Eropa itu.

Begitu masuk ke dalam, Angel masih saja terpukau dengan desain dan juga interior dari bangunan mewah itu. Bangunan itu tak bisa hanya disebut rumah ... melainkan sebuah istana adalah yang paling pas.

"Kalau mansion ini bukan milik Anda, apakah Anda menyewanya?" Karena terlalu penasaran, Angel memberanikan diri untuk sedikit lancang dan melontarkan pertanyaan itu.

"Mansion ini masih milik papaku. Sebentar lagi aku akan merebutnya dari papa." Tanpa memikirkan apapun, Ryan memberikan jawaban asal pada wanita itu.

Duduk di sebuah kursi dalam area mini bar dalam bangunan mewah itu, Ryan membuka sebotol minuman lalu menuangnya ke dua gelas kaca di depannya.

"Minumlah!" Sebuah ucapan dingin yang terkesan seperti sebuah perintah bagi Angel.

Merasa sadar diri jika Ryan sudah membayarnya, Angel langsung meneguk minuman keras yang baru saja dituang oleh pria itu.

"Ini masih terlalu siang untuk menikmati minuman ini," ucap Angel dalam wajah tak suka.

"Aku tak peduli," balas Ryan sebelum mendaratkan ciuman hangat yang tak terduga di bibir Angel.

Angel tak sempat menolak ataupun menghindarinya, segalanya berlangsung begitu cepat. Sedangkan Ryan, terlalu lihai memberikan kenikmatan dalam sebuah ciuman.