hampir setiap hari aku pulang larut malam jam sebelas itu bisa dikatakan adalah jam pulangku yang paling tercepat sebab biasanya akun pulang jam 12 malam. " tumben Mbak pulang jam seginih biasanya lebih malam" sindir salah seorang tetanggaku yang kebetulan pas aku pulang ia ada di depan rumah. "Lah ibu tumben jam seginih masih ada di luar suaminya lagi di rumah istri muda ya...jadi kesepian dong ha ha ha ha ha..." jawabku tak kalah ketusnya. sambil mencibir si ibu tersebut masuk ke dalam rumah dengan menutup pintunya cukup keras. Ibu Emi adalah tetangga depan rumahku yang selalu saja mencibir setiap aktivitas yang aku lakukan. Apalagi kalau sampai ada teman priaku yang mau ke rumah. Pernah Adit mendapat sindiran yang cukup pedas sewaktu menjemputku untuk liburan akhir pekan karena aku libur selama 4 hari dari kantor tempat gua bekerja.
" Mas bisa tahan berapa lama sama mbak Chika", tanya Bu Emi, " paling juga 2 minggu sudah di tendang lagi" Adit cuma memberikan senyumnya tidak menjawab pertanyaan Bu Emi. " ih ganteng - ganteng kok kagak ada suaranya", " permisi Bu", jawab Adit sambil berlalu. " Assalamualaikum, Bu Chika ada", Ada masuk saja ada itu di atas Chika". Sambil bersalaman dan mencium tangan ibuku Adit pun menaiki lantai dua menuju kamarku." gila tuh tetangga depan, masa gua di bilang berapa lama kuat sama lu, dia pikir gua apa kali ya". Omel Adit sambil tiduran di kasur gua. kedua orang tua gua sudah kenal siapa Adit termasuk adik lelaki gua jadi sudah tidak aneh kalau Adit datang langsung ke kamar gua dan tiduran di kasur ya gaes. "sudah jangan di anggap tetangga depan rumah gua mah, sudah kagak aneh lagi dia mah, biasa sirik ke gua". " Mendingan sekarang kita cabut", sambil membawa tas ransel aku pun turun menemui orang tuaku untuk berpamitan.
"Mah Chika pergi dulu ya", " yang hati - hati jangan lupa pulang bawa oleh - oleh ya...,"."ya mah". Sambil menyalami tangan ibu dan mencium kedua pipinya . Adit pun mengikuti di belakangku mencium tangan ibuku dan berpamitan. "ibu titip Chika ya.... Adit kalau ada apa - apa cepat hubungi ibu". Ibuku berpesan kepada Adit. " ya Bu Siap", jawabnya sambil memberikan hormat. Tetangga depan rumah pun kembali ke berulah. " Aduh mau ke mana lagi mbak perginya cuma berdua saja mana bawa tas besar lagi, awas loh ada orang ketiga setan". sindirnya. " biasanya yang namanya setan itu orang yang suka menyindir dan ikut campur urusan orang lain" jawabku kagak kalah pedasnya.
Tidak terasa 4 hari berlalu dengan cepat. Aku kembali ke rumah pas tengah malam sekitar pukul 1 malam. Walaupun cape aku tetap harus beraktivitas, pagi hari pukul 7 pas aku sudah bersiap - siap untuk berangkat ke kantor. " wah sudah pulang, "Sudah dapat jodohnya Mbak, pergi selama 4 hari dan dapat hasil tentunya". Sidir tetangga depan rumahku. karena terburu - buru aku tidak melayani ejekan tetanggaku. Untung saja bapakku tidak mendengar setiap kali ejekan dan sindiran yang dilakukan oleh tetangga depan rumahku . tak tahulah apa jadinya kalau sampai bapak dan ibu tahu.
Bapak orangnya itu keras dan tegas pada siapa saja termasuk kepada anak - anaknya. Makanya tak jarang orang merasa segan kepada orang tuaku termasuk tetangga yang suka menyindir. Sebenarnya tetangga yang suka menyindirku melakukan kegiatannya suka lihat- lihat ke rumahku apakah ada kedua orang tuaku di teras, takut tapi namanya manusia selalu mempunyai rasa iri yang tinggi jadinya selalu mencari - cari kesempatan untuk selalu menyindir .