Dengan hati berantakan dan kondisi fisik yang tak kalah mirisnya, Keyra keluar dari rumahnya. Rumah tempat dirinya dicaci maki, ditampar, dan dihina dengan segala hinaan yang menyakiti hatinya.
Rumah tempat dia besar ternyata semenyeramkan itu, dan Keyra baru menyadarinya. Keyra berjalan meninggalkan nerakanya.
Langkah kaki pelan dan wajah sayunya menjadi perhatian para pejalan kaki disekitarnya. Langkah kakinya membawa Keyra kesebuah tempat dimana ia merasakan yang namanya ketenangan disana.
Sebuah rumah pohon yang terlihat menyeramkan namun sebenarnya sangat hangat, melebihi hangatnya rumah yang selama ini ia tinggali.
Perlahan tapi pasti, Keyra meniki tangga yang terlihat rapuh namun tak kunjung runtuh itu.
Keyra memasuki rumah pohon itu dalam kondisi gelap menemani.
Didalam sana hanya ada sebuah karpet yang mengalasi rumah pohon tersebut, dan sebuah lampu yang dibiarkan menggelantung dilangit langit rumah.