Giana tidak menyangka kalau Zia akan berbalik dan menghadapinya seperti ini, dia cukup terkejut karena wanita ini cukup mempunyai nyali untuk berbicara dengannya secara langsung, mengingat bagaimana dia tampak sangat gelisah sepanjang acara pernikahan tersebut ketika mengetahui dirinya berada di sana juga.
"Kau ingin bersikap kalau kau adalah korban dari pernikahan kalian?" tanya Zia, dia tidak lagi mempedulikan Hailee yang masih berdiri di sampingnya dan mendengarkan setiap kata yang dirinya ucapkan. "Kau tidak sesuci itu Mrs. Smith. Jangan berpura- pura menjadi korban ketika kau melakukan dosa yang sama."
Okay, di titik ini Hailee benar- benar kebingungan untuk mengikuti apa yang sebenarnya terjadi. Maka dari itu, dia hanya bisa diam dan mengamati kemana obrolan ini akan bermuara.
Sementara itu, Aileen pun melakukan hal yang sama. Dia tampak begitu tenang memperhatikan dua orang wanita yang tengah berseteru tersebut, menyaksikan mereka seolah dia tengah menonton acara televisi favoritnya.
"Ya, aku melakukan hal yang sama." Giana tersenyum dengan mengejek. "Kenapa? Kau merasa lega setelah mendengar itu?" dan ini untuk pertama kalinya dia tidak mengindahkan kehadiran Hailee di sana karena fokusnya berada pada orang lain sekarang.
"Lalu apa yang kau inginkan?" Zia memicingkan matanya dengan berbahaya. Dia tidak berusaha untuk menutupi rasa marahnya. "Mengatakan pada semua orang apa yang telah kulakukan? Sehingga kita bisa berada di posisi terpuruk yang sama?" Zia mengambil satu langkah mendekat. "Aku sangat tidak suka diancam."
Giana tidak mundur ketika dia melihat kemurkaan di mata Zia karena dirinya telah memprovokasinya. "Tentu saja tidak," jawab Giana dengan suara tanpa nada. "Kau bisa mendapatkan pria itu. Lagipula, aku tidak membutuhkannya lagi."
Dengan kata lain, Giana memberikan Zia sesuatu yang sudah dia tidak butuhkan lagi dan ini benar- benar menyinggung Zia.
"Kau sangat senang bukan kalau sekarang kau bisa mendapatkannya seutuhnya?" Giana menundukkan kepalanya sehingga dia bisa berbisik ke telinga Zia. "Pria yang bahkan tidak berani mengambil tindakan dengan benar. Kalau bukan karena masalah ini, aku dapat memastikan kalau kalian akan selamanya berada dalam hubungan yang memalukan itu. Kau seharusnya berterimakasih padaku karena membuat masalah ini."
Zia mengertakkan rahangnya, seraya mengepalkan tangannya dengan sangat erat hingga buku- buku jarinya memutih. Rasa malu dan rendah diri membasuh dirinya dengan begitu kuat ketika dirinya mendengar apa yang Giana katakan dan menyadari kalau ucapannya benar.
Hubungannya dan Aidan tidak akan berjalan sesuai seperti apa yang dia inginkan dan Aidan, selamanya, tidak akan menceraikan Giana, tidak peduli seberapa sering pria itu mengatakan kalau dia mencintainya, kalau bukan karena skandal yang tengah menerpa Giana dan mengharuskan Aidan untuk mengambil jalan ini.
"Kenapa kau diam saja? Sekarang kau menyadari kalau apa yang kukatakan adalah benar?" Giana bertanya dengan penuh kemenangan.
Zia benar- benar tidak terima dengan kekalahan ini. Dia pun memiliki ego yang besar untuk mundur begitu saja dan menunjukkan kalau dirinya telah kalah dari Giana.
Maka dari itu, dengan melirik ke arah Aileen, Zia berkata, "aku tidak tahu apa yang niat awalmu untuk datang ke pesta pernikahan ini, tapi kurasa aku harus memberitahukan ini. Berjaga- jaga kalau seandainya kau masih belum mengetahuinya."
Aileen yang mendapat lirikan dari Zia, mengerutkan keningnya dengan tidak mengerti. Apa yang wanita ini akan katakan?
"Kau tahu kalau Aidan ternyata tidak hanya berselingkuh denganku, tapi dia juga pernah tidur dengannya." Zia mengangguk ke arah Aileen dan memperhatikan reaksi Giana.
Dan benar seperti dugaan Zia kalau Aileen ternyata tidak menyadari hal tersebut. Ada keterkejutan yang nyata, yang melintasi mata indah wanita tersebut, walaupun itu tidak berlangsung lama karena Giana dengan segera mengubah ekspresi wajahnya lagi dengan tidak peduli.
"Lalu kenapa?" tanya Giana untuk mengatasi keterkejutannya. "Aku tidak peduli dengan pelacur mana dia telah tidur. Semua sama saja di mataku."
Zia tertawa sinis ketika melihat upaya Giana untuk menutupinya. "Aku hanya ingin memberitahumu itu saja, kurasa kau cukup pintar untuk membuat kesepakatan apapun dengan wanita itu. Hanya saja, pastikan kalau kau menusuknya lebih dulu, sebelum dia melakukan hal tersebut padamu."
Setelah mengatakan hal tersebut, Zia menarik tangan Hailee dan mereka melanjutkan perjalanan menuju Diego yang telah menunggu mereka dengan tatapan penuh selidik.
Walaupun Zia tidak bisa membalas cara Giana mempermalukannya, tapi setidaknya dia telah memberikan rasa tidak tenang dan was- was pada kedua orang tersebut. Mungkin sekarang mereka saling bekerja sama, tapi tidak menutup kemungkinan mereka akan saling tikam di kemudian hari. Karena seperti inilah dunia mereka bekerja.
"Zia, ada hal yang tidak kau katakan padaku?" Hailee bertanya ketika mereka berjalan menuju Diego, dia sengaja memperlambat langkahnya agar dia bisa menanyakan hal ini. "Apa hubunganmu dengan Aidan Smith?" tanya Hailee hati- hati.
Hailee memiliki firasat tidak baik mengenai hal ini dan dia butuh untuk mengkonfirmasinya dengan Zia. Hailee hanya tidak percaya kalau itu yang telah dilakukan oleh sepupunya.
Di sisi lain, awalnya Zia menolak untuk menjawab pertanyaan tersebut dan lebih memilih untuk diam saja, tapi ketika mereka hampir sampai ke tempat Diego, Zia berkata dengan lirih dan cepat. "Aku memiliki affair dengan Aidan Smith selama pernikahannya dengan Giana."
Hailee merasa dunianya berputar ketika dia mendengar hal tersebut langsung dari Zia. Bagaimana mungkin Zia yang telah dia kenal selama bertahun- tahun melakukan hal semacam itu? Dengan suami dari Giana? Yang benar saja?
Hailee tidak tahu ekspresi seperti apa yang dia miliki sekarang karena rasa terkejutnya tidak mampu dia atasi dengan cepat. Maka dari itu, ketika paman Diego menyelamatinya akan kehamilannya, dia hanya bisa menatap pamannya tersebut dengan dahi berkerut, seolah dirinya tidak mengerti dengan apa yang baru saja dia katakan.
"Kenapa kau memberikanku ekspresi seperti itu?" tanya Diego, masih tertawa dan memeluk tubuh Hailee dengan hait- hati. "Kedua orangtuamu pasti sangat bahagia kalau mereka mendengar kabar kehamilanmu ini. Aku bahagia mendengarnya! Sebentar lagi aku akan menjadi seorang kakek!"
Mungkin bagi beberapa orang yang mendengar perbincangan tersebut, itu adalah kabar yang membahagiakan, tapi tidak bagi seseorang di sana.
Giana berdiri terpaku ketika dia mendengar hal tersebut. Hailee hamil? Dia tengah mengandung anak Ramon?
Entah apa yang dia rasakan kini, karena dia merasa ada perasaan aneh yang menjalari tubuhnya. Sangat aneh hingga membuat jantungnya berdegup dengan lebih cepat. Apa ini? Kemarahan?