Itu awal musim dingin
Lean Sagita seorang laki laki berumur 18 tahun sedang menikmati udara dingin dari awal musim dingin di sebuah hutan. Bermain bola salju, gumamnya pada diri sendiri "ah, menemukan tempat yang sangat sepi dan dingin. Mungkin poros bumi dalam keadaan miring, kemiringan terjauh dari matahari." Lean Sagita berkata seperti itu sambil menatap ke atas langit.
Mottonya adalah "menyelesaikan masalah, lalu mencari masalah baru" dan ia tampaknya lebih suka musim dingin dari pada musim panas.
Dia tidak memiliki kecenderungan untuk keluar rumah, kecuali dia keluar untuk mencari tempat yang sepi, jadi dia malah mencoba memikirkan cara untuk bermain main dengan bola salju, Berjalan jalan menyusuri hutan sementara masih mengenakan jacket tebal berwarna hitam, dan lehernya dibalut dengan syal berwarna merah. Dia selalu berfikir akan memalukan jika ia dilihat oleh orang asing. Dan jika ia dilihat oleh seseorang yang dia kenal, mereka akan berakhir dengan mengenaskan. Kini dia terus menyusuri hutan sampai tiba di sebuah sungai, namun sungai itu telah berubah menjadi es.
"Pasti ada sesuatu menyenangkan sedang terjadi".
Ia mendengar suara dari kelompok berandalan berdiri di sekitar sungai yang telah membeku, mereka mengenakan jacket panjang berwarna merah dengan bertuliskan "country rough" di belakang jacket. Di tengah, ada anak laki laki di pukuli mereka, dan dipaksa berlutut dan meminta maaf.
"Hei, ini menyenangkan, orang ini benar benar menangis. Menjijikan, kita pukul dia sampai babak belur." Ucap salah satu anggota country rough berbadan gemuk.
"Setelah itu mari kita gantung dia di sebuah pohon di hutan, kita jadikan dia sebagai makanan hewan buas!" Ucap salah satu temannya berbadan kekar.
"Hiiii.....!"
Anak itu gemetar dalam posisi jongkok. Lean Sagita perlahan perlahan mendekati berandalan itu dan memulai berbicara dengan mereka yang masih sibuk memukuli anak itu beberapa meter.
"Aaah, aku bosan. Benar benar bosan. Heyy...kalian! Orang bodoh yang di sana, bagaimana jika kalian memberikan beberapa hiburan padaku dan aku akan membalas kalian dengan liburan panjang yang menyenangkan di rumah sakit."
"Hah...! Siapa kau? Hei. Teman, kita gk usah hiraukan dia, lebih baik gantung anak ini saja di sebuah hutan agar dia merasakan ketakutan yang amat mengerikan."
"Itu benar, mari kita gantung dia."
"Bantu aku...bantu aku.....bantu aku..." Ucap anak itu sambil ketakutan dan menangis.
Tapi, Lean Sagita seolah olah tidak mendengar kan pertolongan ny, dia hanya diam sambil menghela napas. Sedangkan, anak itu terus di pukul hingga babak belur sesekali menangis dan mengeluarkan cairan kental di hidung ny.
".........."
Lean Sagita masih berdiri dan tidak mengatakan sepatah katapun.
Ia mengambil salju dan di buat lah bulat bulat, kemudian mulai melemparkan salju itu ke salah satu anggota country rough.
Tentu saja, Lean Sagita melakukan itu tidak ada niatan untuk menolong anak itu. Dia hanya ingin mencari masalah saja dan ikut bersenang senang, itu saja.
"Biarkan aku masuk untuk bersenang senang, sialan!!" Ucap Lean Sagita dengan nada keras.
Lalu mereka mulai melirik Lean Sagita dengan tatapan membunuh.
"Berani sekali kau bocah tengik!!" Ucap si gemuk anggota rough.
Lalu mereka berlari ke arah Lean, dan melompat, si pria gemuk itu mulai melancarkan pukulan ke arah lean, namun lean Sagita berhasil menghindar dengan melompat ke samping. Lean mulai memutarkan badan ny dan ditendanglah si gemuk itu hingga terpental. Lalu satunya lagi terkena pukulan keras dari tangan Lean.
"Apa hanya segitu saja?" Ucap lean dengan nada remeh.
Lalu mereka berdua kembali terbangun, tapi bukan untuk menghajar lean, melainkan melarikan diri.
"Haha! Menyedihkan, menyedihkan! Apakah "country rough" hanya sebagai pajangan di mantel kalian saja?"
Lean Sagita memegang perutnya dan tertawa saat ia melihat mereka lari. Dia terus tertawa, hingga anak kecil yang di pukuli tadi ikut lari karena ketakutan.
Satu satunya suara yang tersisa di daerah itu hanya suara tawa nya saja. Tidak ada orang lain di sekitar, dan jadi ketika lean berhenti tertawa daerah ini menjadi tenang.
Tidak ada tanda tanda orang lain di dekat tepi sungai. Anak laki laki dan perempuan seusia nya mungkin sekarang sedang makan siang di sekolah sekitar waktu ini.
Lean Sagita hanya berdiri diam.
"........Membosankan."
Dia mengungkapkan, mengatakan perasaan yang terdalam. Sepanjang dia berjalan, dia hanya menemukan kesenangan sebentar saja. Dia tidak mendapatkan kenikmatan yang nyata dari semua hal yang dia lakukan. Lean Sagita membiarkan perasaan hampa nya pergi jauh jauh dan menarik napas dalam dalam, dan berbalik badan ke arah hutan.
".....huftt"
Wosshh. Pada saat yang sama ketika ia mulai bergerak, angin bertiup kencang hingga membuat lean melipatkan kudua tangannya di antara tubunya seolah olah menahan dingin. Sebuah lingkaran sihir cahaya muncul di bawah kaki lean.
"Apa ini?" Ucap lean sembari memasang wajah terkejut.
©©©
musim semi telah berakhir dan di gantikan musim gugur. Shirayuki gadis berusia 17 tahun berambut kuning panjang tengah bersiap siap untuk berangkat kesekolah, dia terlihat sangat terburu buru. di luar pintu dia sedang mengenakan sepatu.
"Aku berangkat, ibu jangan lupa nanti malam kita pergi ke festival musim panas."
"Baiklah nak. Berhati hatilah di jalan"
Tanpa membalas pekataan nya, gadis itu langsung berjalan ke arah sekolah, sekolah itu berjarak sekitar 3km dari rumahnya. Di sepanjang perjalanan, dia melihat orang orang lalu lalang tengah beraktivitas, daun daun yang berguguran di sepanjang jalan. Berjalan dan terus berjalan hingga dia tiba di sebuah gang, ia melihat seorang berandalan tengah mabuk berat menghampiri diri nya.
"Hei nona...mau kesekolah ya? Heheh..bagaimana kalau kita temani." Ucap salah seorang dari mereka.
"Itu benar, biar kami yang menemani."
Namun Shirayuki hanya diam tanpa mengatakan apapup. Tidak ada rasa takut dalam dirinya, gumamnya pada diri nya sendiri "kalau saja aku tidak buru buru, aku akan lewat jalan memutar, tidak lewat gang ini."
Shirayuki berlari menerobos berandalan itu.
"Hei..mau kemana kau". Ucap mereka.
namun Shirayuki tidak mempedulikan perkataan ny, ia terus berlari dan berlari hingga tibalah di sebuah gerbang sekolah.
"hufftt..hufft"
napas yang terengal engal terlihat pada dirinya. namun setelah dia mengingat sesuatu, dia langsung berhenti dari terengal engalny.
"Ouh benar juga, hari ini adalah hari dimana anak anak tengah berkumpul di sebuah mading." Ucap Shirayuki.
Hari ini adalah hari pembagian rangking, dimana setiap hari ini anak anak selalu berkumpul di sebuah mading untuk melihat nama mereka masing masing.
Shirayuki memasuki gerbang dan berjalan menuju arah mading. Di arah mading, mereka sudah berkerumun untuk melihat nama masing masing. Shirayuki menerobos mereka untuk maju ke arah depan, dan di lihat lah nama dia, berada di urutan nomer 1 dari 2000 siswa. Namun Shirayuki tidak merasakan bahagia sama sekali karena dia sudah terbiasa berada di puncak. Ia melihat ke arah mading semata mata hanya untuk melihat nama orang lain yang berada di puncak, namun setelah melihat sendiri, nama dia lah yang ada di puncak.
".....membosankan, apakah tidak ada murid yang lebih pintar dari pada aku?"
Shirayuki keluar dari kerumunan itu dan berjalan ke arah atap gedung sekolah untuk menghilangkan kebosanan nya.
Di atap sekolah, dia membiarkan perasaan bosan ny itu mengalir jauh jauh dan menghela napas dalam dalam. Sesekali menutup mata menikmati angin sepoi sepoi.
".....Hmm?"
Di saat yang bersamaan ketika shirayuki menutup mata, munculah lingkaran sihir cahaya di bawah kaki nya.
"Apa ini?"
©©©
"Anak laki laki dan perempuan dengan kebosanan di dunia sebelumnya, aku undang kalian! Jika kalian ingin bersenang senang tanpa merasa bosan, buanglah teman teman kalian, harta benda kalian, dunia kalian, dan datanglah ke dunia kami, world of death."
©©©
"Ap-?"
"Kya-!
Pemandangan berubah di depan mata mereka. Tiba tiba, mereka menemukan diri mereka 3000 meter di udara. Bahkan saat menderita tekanan jatuh, mereka berdua memiliki pemikiran yang sama tentang situasi ini dan mengatakan sebagian besar kata kata yang sama.
"Ini dimana sih?"
Sebuah pemandangan yang sangat asing bagi mereka berdua. Di cakrawala, mereka sesekali gemetar ketakutan namun juga merasakan kesenangan.
"Hahaha....ini menyenangkan sekali." Ucap mereka.
Di bawah mereka terdapat sebuah kota yang besar di tutup sebuah dinding yang mengelilingi kota itu sendiri.
Dunia di depan mereka adalah dunia yang sama sekali berbeda.