"Ayo buka mulutnya." pinta Rey sambil menyodorkan sesendok krim soup carrot.
"Aku sudah kenyang." tolak Audy terlihat menggelengkan kepalanya.
Salah satu telapak tangan menutup mulutnya. Tidak membiarkan sendok itu mengenai bibir tipisnya. Awalnya Audy telah menolak disuapin oleh Rey tetapi pemuda itu bersikeras memaksanya. Alhasil baru beberapa suap ia sudah merasa mual. Sejujurnya lidahnya tidak sepenuhnya menerima makanan negara ini.
"Kalau begitu minum obatnya, aku akan meminta dapur membuatkan makanan lainnya." ujar Rey dengan sabar.
Seusai makan pemuda itu menyodorkan dua butir obat penurun demam ke hadapan kekasihnya. Sehingga mau tidak mau gadis tersebut menelannya. Sebuah tangan menjulur ke depan mengusap puncak kepala Audy. Seulas senyum menghiasi paras cantiknya yang masih terlihat pucat pasi.
"Terima kasih." ucap Audy tulus.
"Hm, sekarang tidurlah... aku akan kembali melihat keadaanmu satu jam lagi." timpal Rey.
