Chereads / Kekasih Brengsekku / Chapter 29 - 29. Membolos

Chapter 29 - 29. Membolos

" Lepaskan aku! Aku ingin menemani Aland!" pinta Audy sambil terisak.

"Tidak perlu! Kau cukup berada di sini saja!" tolak Rey mencoba terus menahan tubuh Audy.

"Sampai kapan? Kondisi Aland saat ini sangat mengkhawatirkan." bantah Audy dengan wajah sendu.

"Berhentilah menangis! Kau tidak perlu khawatir! Sudah ada Jason dan Marco yang akan mengurus keperluan Aland di rumah sakit! Jadi bantuanmu tidak diperlukan!" tandas Rey.

"Ke rumah sakit mana mereka akan membawa Aland?" tanya Audy merasa khawatir

"Rumah sakit milik keluarga Bronson! Sebaiknya aku mengantarmu ke kelas, pelajaran sebentar lagi akan dimulai!" jawab Rey.

Pemuda itu langsung berjalan menuju pintu keluar sambil menggenggam erat tangan kekasihnya. Supaya Audy dapat terus mengikuti kemana ia melangkahkan kakinya. Dengan ekspresi datar Rey menuntun gadis tersebut menyusuri lorong sekolah. Secara arogant ia memang tidak mengizinkan Audy pergi untuk menemani saudara kembarnya.

Saat ini, Audy hanya bisa pasrah mengikuti semua kemauan Rey. Namun, tanpa sepengetahuan kekasihnya itu, otak kecilnya terus berputar memikirkan seribu cara supaya bisa meloloskan diri dari cengkeraman Rey. Dengan sabar ia menunggu waktu yang tepat untuk pergi menemui Aland. Sebersit rasa kecewa telah muncul dan menetap dalam hatinya.

Duk!

"Ahh! Ssshhh..." ringis Audy pelan, tangan kirinya terangkat mencoba mengelus keningnya yang memerah.

"Sudah sampai, masuklah..." titah Rey acuh tak acuh.

"hm... baik."

"Lain kali hati- hati!" ucap Rey mengingatkan Audy, sambil melirik kening kekasihnya tersebut dari sudut mata. Ia tidak berniat menghibur gadis itu.

"Iya." sahut Audy dengan wajah pias.

Sejak meninggalkan ruangan khusus yang terdapat di lantai tiga, Audy memilih berjalan sambil terus menundukkan kepalanya. Ia mempercayakan Rey sebagai penunjuk arah. Akan tetapi, karena melamun di sepanjang jalan, ia tidak menyadari bahwa langkah kaki Rey telah berhenti. Sehingga dahi Audy membentur punggung pemuda tersebut dengan keras.

Kemudian Audy melangkah memasuki kelas tanpa menoleh ke belakang. Punggung gadis tersebut terasa kaku dan rasa panas langsung menyebar karena tatapan tajam seseorang. Ia tidak memiliki sedikitpun keberanian untuk mencari tahu pelakunya. Untuk menghilangkan kecurigaan orang tersebut Audy menghampiri kursinya dengan penuh semangat.

"Hai, pagi!" sapa Wyne sambil tersenyum manis.

"Pagi!" balas Audy ramah, lalu ia meletakkan tas punggungnya di atas meja.

Setelah memastikan Audy sampai di mejanya dalam keadaan baik- baik saja. Rey bergegas melangkah pergi meninggalkan ruangan tersebut. Ia kembali berjalan menyusuri lorong sekolah untuk menuju ruang kelasnya sendiri. Dengan ekspresi datar Rey tidak memperdulikan tatapan penasaran yang dilayangkan oleh sekitar terhadap dirinya.

Ketika Audy melihat sosok Rey telah pergi menjauh dari ruang kelas. Ia langsung menepuk pundak Wyne, untuk memberi isyarat kepada sahabatnya tersebut agar membantunya. Ia bertujuan mengajak Wyne membolos pelajaran hari ini. Beruntung gadis itu menyambut tawarannya dengan senang hati. Wyne segera membereskan semua alat tulis miliknya yang telah berserakkan di atas meja tanpa banyak bertanya.

Kedua gadis tersebut bergegas melangkah keluar kelas sambil menggendong tas punggungnya. Sebagian murid di kelas menatap heran kepergian Audy dan Wyne. Entah mengapa secara kebetulan hari ini guru bidang study terlambat hadir. Seolah Tuhan sedang menunjukkan kebaikan-Nya dengan mendukung rencana membolos yang dilakukan oleh keduanya.

Langkah kaki Audy dan Wyne menjadi lebih cepat dan ringan ketika mendekati area kantin sekolah. Mereka berniat menggunakan pintu kecil yang letaknya ada di sudut samping kantin untuk pergi meninggalkan lingkungan sekolah. Nampaknya kedua gadis itu berhasil menyembunyikan keberadaan mereka dari guru pembimbing yang sedang berpatroli. Tak lupa Audy memberikan tiga lembar uang ratusan kepada ibu pemilik kantin sebagai uang damai.

"Beneran Aman kan, Bude Nar?" tanya Audy kepada pemilik kantin.

"Jelas aman toh, Neng." sahut bude Narti si pemilik kantin sekolah.

"Okelah kalau begitu, Audy sama Wyne pamit dulu ya, Bude." lanjut Audy sambil tersenyum manis.

"Ya Neng, hati- hati di jalan! Sampaikan salam saya sama Den Aland! Semoga Den Aland cepat sembuh!" tutur bude Narti diselingi doa.

Audy hanya mengacungkan jempol tangannya sebagai jawaban. Ia tidak menceritakan secara keseluruhan kepada bude Narti apa yang telah terjadi. Akan tetapi, Audy mengatakan alasan utama mengapa ia membolos hari ini. Disisi lain, Wyne mengerutkan dahi sambil menerka dalam hati.

Akhirnya keduanya berhasil keluar dari lingkungan sekolah tanpa rintangan apapun. Kemudian Audy menghembuskan nafasnya dengan keras berusaha melepaskan beban yang menghimpit dadanya. Ia sangat bersyukur Wyne dapat memahami dirinya. Di sepanjang jalan gadis itu tidak melontarkan banyak pertanyaan kepada Audy.

Walau hatinya dipenuhi oleh rasa penasaran dan ingin segera mengajukan beribu pertanyaan. Namun, sebisa mungkin Wyne menahan diri kala ia menemukan ekspresi sendu yang terlukis pada paras sahabatnya itu. Mengunci mulut serapat mungkin adalah jalan terbaik saat ini. Ia menanti dengan sabar sampai Audy sendiri yang akan mengatakan semuanya.

Setelah mereka berjalan kaki menyusuri gang sempit. Akhirnya kedua gadis itu berhasil sampai di pinggir jalan besar. Banyak kendaraan berlalu lalang memadati jalanan. Sehingga keduanya memutuskan menunggu sebuah taxi yang melewati jalan raya tersebut.

Mereka berdiri di depan teras sebuah toko kelontong yang terlihat tua dan usang. Karena sudah lama tidak mengalami perbaikan, toko kelontong tersebut menjadi bangunan paling kumuh di daerah itu. Dengan perasaan cemas Audy memalingkan pandangannya ke kanan dan ke kiri. Ia ingin segera menemukan taxi kosong secepat mungkin.

Akan tetapi, gadis itu harus menelan rasa kekecewaan. Sangat sulit mencari angkutan umum yang masih kosong pada jam sibuk seperti ini. Sesekali terdengar desahan nafas keluar dari bibir tipisnya. Sehingga hal tersebut dapat memicu minat dalam benak Wyne.

"Pesen taxi online aja!" usul Wyne sambil mengibaskan salah satu tangannya karena merasa kepanasan.

"Ya ampun! Kenapa hal itu tidak terpikirkan olehku?" ucap Audy dengan antusias, karena ia akhirnya mendapatkan jawaban dari segala keruwetan yang bersarang dalam pikirannya.

"Tidak biasanya kau seperti ini! Aku curiga kau mengalami konsleting di dalam otakmu!" celetuk Wyne seenaknya.

"Hush! Sembarangan aja kalau ngomong! Tuh bibir minta dikrues!" sanggah Audy.

"Audy tega, ihh! Bibir sexy begini mau dikrues!" keluh Wyne sambil memasang wajah cemberut.

"Sexy dari mana? Narsis banget!" ejek Audy.

Tangan kanan gadis itu merogoh tas punggung yang tergantung pada salah satu pundaknya. Ia memeriksa setiap sudut dalam tas untuk menemukan ponsel kesayangannya. Paras cantiknya langsung berubah sumringah ketika ia menemukan benda tersebut. Lalu Audy mengeluarkan ponselnya dari dalam tas dengan penuh semangat.

Sesuai saran Wyne kepadanya, Audy langsung memesan taxi online lewat salah satu aplikasi. Hanya membutuhkan waktu 15 menit, taxi yang dia pesan datang menjemput mereka. Tanpa menunda lebih lama kedua gadis itu segera menaiki kendaraan tersebut. Kemudian taxi melaju dengan kecepatan sedang menuju rumah sakit tempat Aland di rawat.