"Nattarin .. sayang ... astaga. Sadar sayang." panggil Bryan yang langsung menangkap tubuh Nattarin agar tidak jatuh ke tanah dan membawanya ke mobil.
"Bryan ... kenapa ini harus terjadi padaku? I-ibuku ter-ternyata....aaaahhhhh!!" keluh Kana sambil memegangi kepalanya dan dia pun pelan-pelan kehilangan kesadarannya.
Melihat kesayangannya seperti itu, Bryan pun langsung membawa Nattarin ke rumah sakit. Disana Nattarin langsung ditangani oleh dokter yang merupakan sahabat Bryan. Cukup lama Bryan menunggu diluar ruangan UGD, akhirnya keluar juga dokter yang memeriksa Nattarin dan mengabarkan nya pada Bryan.
"Krist, bagaimana keadaannya?" Tanya Bryan.
"Kamu keluarganya?" Tanya Krist sambil mengajak Bryan untuk duduk di kursi panjang depan ruang UGD.
"Ibunya sudah menjualnya kepadaku dan aku sudah bertanggung jawab penuh atas dirinya." jawab Bryan.
"Hmm ... baiklah kalo begitu. Jadi begini, menurutku dia ... siapa namanya?" Tanya Nattarin.
"Nattarin McEden." jawab Bryan.
"Iya Nattarin McE....A-APA?! Nattarin McE.....den"
"Iya Lee. Sekarang bukan itu yang akan kita bahas bukan? Bagaimana keadaannya?" tanya Bryan.
"Hmm ... jadi begini, aku mau tanya 1 hal padamu. Apa dia ada masalah yang membuatnya terpukul?" tanya Krist.
"Terpukul?" Heran Bryan.
"Iya. Mungkin dia pernah mendengar sesuatu yang selama ini tidak pernah diketahuinya, lalu secara mendadak dia mengetahui dengan sendirinya entah dari seseorang ato darimana pun itu. Ada hal seperti itu?" Tanya Krist.
"Sebelum pingsan tadi dia menyebut ibunya. Tapi sebelum mengatakannya, dia sudah pingsan duluan." jawab Bryan.
"Bisa saja kan kalo itu yang membuatnya terpukul. Coba diselidiki." ujar Lee dengan yakin.
"Baiklah. Aku akan menyelidikinya. Lalu keadaannya?" tanya Mew kembali.
"Untung saja kamu cepat membawanya ke rumah sakit. Terlambat sedikit saja pembuluh darah di kepalanya bisa pecah." jawab Krist.
"Boleh aku menjenguknya sekarang?" tanya Bryan.
"Silakan. Tapi jangan lama-lama ya. Dia butuh istirahat." jawab Krist sambil berlalu.
Bryan pun melangkahkan kakinya ke ruang dimana Nattarin dirawat. Wajah pucat Nattarin, tidak pernah bisa menutupi wajah manisnya. Bryan pun duduk di sebelah tempat tidurnya sambil membelai halus kening Nattarin sambil beberapa kali menciumi tangan nya.
"Nat, maafkan aku. Belum waktunya bagimu untuk mengetahui kebenaran ini dengan sangat cepat. Aku tidak pernah menyangka kalo kamu akan kembali lagi ke rumah untuk memberikan inhaler itu pada Jade. Sekali lagi maafkan aku" ujar Bryan menahan tangis.
"Bryan.." panggil seseorang yang masuk ke ruang rawat Nattarin.
"Perth. Urusanmu sudah selesai?" Tanya Bryan.
"Sudah kak. Untuk saat ini mungkin Joe tidak akan bertindak apa-apa. Tapi tetap saja kita harus extra hati-hati." jawab Perth.
"Hmm ... baguslah. Tetap awasi Joe. Jangan sampai pengawasanmu padanya terlepas lagi." pinta Bryan yang kemudian duduk di sofa.
"Pasti. Lalu bagaimana dengan Nat, ka? Apa kata dokter?" tanya Perth.
"Krist mengatakan untung saja aku cepat membawanya ke rumah sakit. Kalo tidak pembuluh darah di kepalanya bisa pecah." jawab Bryan sambil terus memandang Kana.
"Apa yang terjadi? Bukankah tadinya dia baik-baik saja? Kenapa mendadak pembuluh darah di kepalanya hampir pecah?" tanya Perth.
"Tadi malam Nat meminta ijin dariku kalo dia mau bertemu dengan Jade. Sebenarnya aku mau menolaknya, tapi tidak bisa dan aku pun mengijinkan nya. Sewaktu mereka bertemu semua baik-baik saja dan Nat juga terlihat bahagia bercengkerama dengan Jade. Tapi sewaktu pulang, Nat memintaku untuk mampir ke farmasi membeli inhaler untuk Jade. Tidak disangka Nat menyuruhku kembali ke rumah untuk menyerahkan inhaler yang tadi dia beli kepada Jade. Seperti yang sudah bisa ku bayangkan kalo Nat bertemu dengan Jade bersama orang yang dia kenal dengan baik sedang mengobrol dengan bahagianya dan Kana pun jatuh pingsan" cerita Bryan.
"Apa Kana sudah tahu semuanya?" tanya Perth.
"Mungkin. Aku juga tidak begitu jelas karena tadi aku menunggunya di mobil" jawab Bryan.
"Apa kakak akan bicara jujur padanya jika Nat sudah sadar?" tanya Perth.
"Mungkin. Aku tidak mau menutupi kenyataan ini dari Nat lagi. Dia berhak untuk tahu semua tentang Jade" jawab Mew.
"Kakak kenapa tidak mengatakan pada Nat tentang Jade sejak awal sewaktu Jade menjual Nat pada kakak?" tanya Perth.
"Aku tidak tega untuk mengatakannya. Aku bisa melihat bagaimana dia begitu menyayangi Jade dan selalu mau memberikan yang terbaik untuk Jade. Pernah aku pergoki Kana ke bank sedang mentransfer sejumlah uang untuk kebutuhan Jade." jawab Bryan.
"Anak yang sangat berbakti pada orang tua. Tapi sayang semua itu tidak seimbang dengan perlakuan Jade padanya." ucap Perth.
"Iya" jawab Bryan.
"Kakak akan menjaga Kana malam ini?" tanya Perth.
"Iya. Dia sudah menjadi tanggung jawabku." jawab Bryan.
"Baiklah. Besok pagi akan kubawakan baju ganti untuk kakak. Kakak tidak mau makan?" tanya Perth.
"Tidak. Aku tidak ada selera makan. Aku hanya ingin berada disampingnya saja dan menjadi orang pertama yang akan dia lihat saat sadar nanti." jawab Bryan.
"Baiklah. Oh ya ka, besok ada rapat. Perth yang handle?" tanya Perth.
"Iya" jawab Bryan.
"Baiklah. Selesai rapat akan Perth berikan laporan nya pada kakak." ucap Perth yang disertai anggukan dari Bryan.
Sepeninggal Perth, Bryan langsung menuju tempat tidur Nattarin dan duduk disampingnya sambil membelai halus pucuk kepalanya. Tanpa disadari Bryan pun tertidur dengan lelapnya karena kelelahan yang menderanya. Keesokan paginya Bryan terbangun tanpa Nattarin di tempat tidur. Bryan pun menanyakan perihal Nattarin pada perawat dan ada 1 perawat yang tahu kalo Kana sedang berada di rooftop rumah sakit. Bryan pun langsung kesana dan menemukan Kana sedang duduk di kursi memandang matahari terbit.
"Sayang ... kenapa tidak bangunkan aku?" tanya Bryan yang memeluk leher Nattarin dari belakang.
"Bryan ... aku tidak mau membangunkanmu karena kamu sudah cukup lelah mengurusku." jawab Nattarin.
"Aku tidak akan pernah lelah mengurus kesayanganku yang 1 ini. Karena aku begitu mencintainya." ucap Bryan sambil menangkup wajah Kana dengan posisi berlutut di depan nya.
"Terima kasih. Tapi aku tidak pantas mendapat perhatian yang begitu besar darimu." jawab Nattarin sambil menangis.
"Pantas. Tentu saja pantas." ujar Bryan sambil memeluk Nattarin.
"Bryan, bolehkah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Nattarin.
"Tentu sayang. Apa yang mau kamu tanyakan?" jawab Bryan.
"Soal ibuku. Apakah kamu telah mengetahui sesuatu tentang dia?" tanya Nattarin.
"Nat, maafkan aku yang sudah menyembunyikan ini semua darimu. Sebenarnya sewaktu Jade menjualmu padaku, saat itulah aku memutuskan untuk selalu menjaga dan mencintaimu. Aku tidak akan pernah membiarkanmu terluka lagi." jawab Bryan.
"Kamu tahu kalo Jade hanya menjadikanku sebagai atm nya saja?" tanya Nattarin.
"Aku tahu. Bahkan aku juga tahu kalo Jade bukanlah ibu kandungmu dan Jade jugalah yang menyuap pengadilan agar menjatuhkan hukuman mati pada ayahmu." jawab Bryan yang membuat Nattarin terduduk.