"Itu liat deh. Kebiasaan si Aneska. Kelas berasa punya Nenek moyangnya kali. Tidur di kelas kaya gitu. Haha," ucap Rama sambil menunjuk ke arah Aneska.
"Kita kerjain Aneska yu," ajak Ken.
"Ayo, ayo."
Ketika sahabat Aneska bersepakat untuk menjahili Aneska yang sedang tidur. Namun ketika mereka bertiga hendak menjahili Aneska, tiba-tiba saja ada seseorang yang datang ke kelasnya dan mencari keberadaan Aneska. Mengetahui sahabatnya itu sedang di cari orang, ketiga sahabatnya itu pun ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh orang itu kepada Aneska. Karena mereka pastinya ingin menjaga Aneska.
"Permisi. Ada Aneska nya ga?" tanya seorang laki-laki yang beda kelas dengan Aneska bersama dengan beberapa temannya.
"Ada tuh. Lagi tidur tapi," jawab salah satu teman kelasnya Aneska.
"Bisa tolong di panggilin ga? Gua mau bicara soalnya sama dia."
"Yaudah sebentar. Gua coba panggilin dulu."
"Oke. Thanks ya."
Salah satu teman kelas Aneska itu memang cukup berani untuk mendekati Aneska. karena tidak lain dan tidak bukan dia adalah teman satu mejanya Aneska. Sehingga walaupun tidak akrab, tetapi dia cukup mengenal baik Aneska. Dia pun langsung mencoba untuk membangunkan Aneska dari tidurnya.
"Nes. Nes. Ada yang cariin lu tuh."
"Yoi. Siapa?"
"Anak kelas sebelah."
"Yoi."
Aneska langsung terbangun dari tidurnya. Dan Aneska langsung menemui orang itu yang sedang menunggu Aneska keluar di depan pintu kelasnya. Sebenarnya ketiga sahabatnya Aneska sedang ada di depan kelas juga, tetapi mereka hanya terdiam saja. Mereka ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh orang itu dengan Aneska.
"Yoi. Kenapa lu katanya cariin gua?" tanya Aneska dengan juteknya.
"Ini. Gua ada hadiah buat lu."
"Hadiah? Gua kan lagi ga ulang tahun."
"Ya ga apa-apa. Gua cuma mau kasih hadiah ini aja buat lu."
"Mending buat orang yang lagi ulang tahun aja deh. Sorry ya bro."
"Jadi lu ga mau terima hadiah dari gua? Gua udah beliin hadiah ini buat lu loh padahal."
"Siapa suruh beliin buat gua? Gua ga minta kan? Udah lah kasih yang lebih membutuhkan aja yoi. Gua ke dalam dulu."
Kemudian Aneska langsung kembali masuk ke dalam kelasnya. Aneska tidak menerima hadiah dari laki-laki itu. Jangankan menerimanya, menyentuhnya saja dia tidak mau.
"Udah deh. Aneska nya ga mau kan. Mending lu cabut aja dari sini," ucap Rama.
"Tau lu. Masih aja betah di sini. Apa hadiahnya mau buat gua?"
"Ya jangan lah. Enak aja lu."
Setelah itu akhirnya orang itu pergi juga meninggalkan kelas Aneska. Ken, Rama dan Rio pun langsung menghampiri Aneska yang sudah duduk di kursinya.
Aneska itu memang sangat banyak yang menyukainya. Karena wajahnya yang sangat cantik membuat para lelaki jatuh cinta kepadanya. Namun Aneska tidak pernah menanggapinya begitu saja. Justru yang ada Aneska selalu menolak semua laki-laki itu dengan mentah-mentah. Itu semua spontan di lakukan oleh Aneska karena rasa traumanya dengan sebuah hubungan percintaan. Trauma yang di berikan oleh orangtuanya dan kakak kandungnya sendiri. Dan keesokan harinya, laki-laki yang pernah mendekatinya langsung menghilang begitu saja. Hanya ketiga sahabatnya saja yang mampu dekat-dekat dengan Aneska dan tidak mempunyai perasaan apapun ke Aneska. Karena kalau salah satu dari mereka ada yang mempunyai perasaan dengan Aneska, sudah pasti Aneska akan menghindarinya.
"Gila si. Nolak cowok mulu. Nanti ga ada yang mau sama lu lagi," ledek Rio.
"Bodo amat. Gua ga peduli."
Ketika Aneska dan ketiga sahabatnya sedang bergurau, tiba-tiba saja terdengar suara keributan dari luar kelasnya. Suara itu terdengar dari koridor sekolah yang tidak jauh dari kelasnya. Suara itu sepertinya suara seseorang yang sedang berkelahi. Karena di sekolahnya Aneska memang terkenal dengan bullying. Dan Aneska pernah merasakannya ketika dia awal-awal bersekolah di sana. Untung saja ada ketiga sahabatnya yang membantunya. Dari sana lah Aneska bisa akrab dengan ketiga sahabatnya sampai sekarang ini.
"Itu kaya ada suara orang berantem ya? Gua mau liat ke sana," tanya Aneska. Kemudian Aneska langsung berlarian menuju ke sumber suara yang di ikuti dengan ketiga sahabatnya.
*******
"Lu anak baru tapi udah sombong banget sama gua. Ga ada sopan santunnya sama sekali. Kalo metemu sama yang tuaan itu harus senyum, bilang permisi. Paham lu?" bentaknya.
Ternyata yang sedang terjadi kali ini adalah masalah senioritas. Para senior yang ada di sini memang selalu ingin di hormati oleh adik kelasnya. Gila hormat namanya kalau orang-orang yang ada di sekolah Aneska menyebutnya.
"I... Iya kak. Saya minta maaf. Saya ga tau."
Semua orang sedang menonton keributan kali ini. Bukannya membantunya, orang-orang yang sedang berkerumun itu hanya melihatinya saja. Seperti sedang menonton adu ayam. Aneska tiba-tiba saja datang dan membantu anak yang dapat bullying itu. Sepertinya dia adalah anak baru di sekolah Aneska. Karena Aneska juga baru saja melihatnya kali ini.
"Stop. Suka banget ya lu tindas ade kelas kaya gini. Cupu banget si lu," bentak Aneska tanpa rasa takut.
"Siapa lu? Berani-beraninya lu bicara kaya gitu sama gua? Bukannya lu ade kelas di sini juga kan?"
"Yoi. Kenapa emangnya? Ga suka lu semua?"
"Kurang hajar ini anak. Minta kita kasih pelajaran."
"Udah. Hajar aja," jawab salah satu temanny.
Kemudian mereka hendak menghajar Aneska. Namun dengan kehebatan Aneska, semuanya terkalahkan begitu saja. Apalagi tidak lama kemudian ketiga sahabatnya datang untuk membantu Aneska.
"Kabur, kabur. Ada guru BK datang," teriak salah satu murid yang berada di kerumunan itu.
"Lu ga apa-apa Nes?" tanya Ken.
"Yoi. Gua ga apa-apa."
Semua murid pun langsung berlarian meninggalkan tempat. Namun Aneska tidak sempat kabur. Wajahnya sudah di kenali oleh Guru BK nya itu. Dan Aneska bukan tipe orang yang pecundang. Dia akan menghadapi hukuman apapun itu. Karena dia merasa jika dirinya itu tidak bersalah.
"Aneska. Kamu lagi kamu lagi. Kenapa si kamu suka sekali bikin onar di sekolah ini," ucap Guru BK sekolahnya.
"Aneska ga salah Bu. Dia hanya membela saya aja tadi. Saya yang salah."
Orang yang di bela oleh Aneska tadi pun langsung membelanya. Supaya Aneska tidak dalat hukuman karenanya.
"Udah ga apa-apa. Udah biasa juga gua di hukum."
"Kamu ini Aneska. Ya sudah kalo gitu lalian semua yang ada di sini ikut Ibu ke ruang BK."
"Baik Bu."
Akhrinya tanpa rasa takut Aneska, ketiga sahabatnya dan murid yang Aneska bela tadi pergi ke ruang BK untuk menceritakan kejadian yang sebenarnya. Karena sebenarnya mereka semua memang tidak bersalah.
-TBC-