"Engga kok Mah. Ga kenapa-kenapa. Suaranya emang beda kali kalo di telepon, haha."
"Oh gitu. Udah makan kamu?"
"Yoi, udah Mah. Udah dulu ya Mah. Aku mau main dulu, haha."
"Main terus. Jangan malam-malam ya pulangnya."
"Yoi Mah. Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Terpaksa Aneska harus memutuskan teleponnya. Karena jika Aneska terlalu lama berbicara dengan Mamahnya, bisa-bisa Aneska menangis kembali dan Mamahnya mengetahui akan hal itu. Aneska tidak mau jika Mamahnya tahu kalau dirinya itu sedang tidak baik-baik saja.
Untuk melupakan kesedihannya, Aneska bermain gitar yang di milikinya. Gitar tersebut adalah pemberian dari kak Faras ketika Aneska berulang tahu ke 15 tahun. Pada waktu itu Aneska lah yang meminta hadiah tersebut kepada kakaknya.
Merasa jika hanya bermain gitar saja tidak cukup, kemudian Anesja pergi ke luar dengan menggunakan sepeda miliknya.
"Mau kemana Nes?" Tanya kak Faras.
"Ke luar sebentar."