Lary memejamkan mata dan meneriakkan kutukannya ke dalam uap tebal yang sekarang memenuhi kamar mandi. "Persetan, sialan."
Galih menyandarkan tubuhnya yang besar ke Lary sampai dia harus memanjat tembok atau membuka kakinya lebih jauh.
"Nah, sekarang itu lebih baik," kata Galih dengan lancar dan menjilat panjang dan memperlambat jahitan Lary sampai dia sampai ke pangkal tulang punggungnya. Galih berganti-ganti dari bercinta lidah cepat dengan penuh kasih mengendurkan otot yang tegang. "Mmm, rasanya sangat lezat." Lidah Galih memandikannya sampai Lary tidak bisa melihat dengan jelas.
"Uang," Lary merengek menyedihkan.
Galih menjawabnya dengan lidah menidurinya lagi, kali ini melenturkan lidahnya setiap tiga atau empat pompa.
"Persetan denganku sekarang," Lary memohon.