Asra berlari ketika keluar dari dalam mobilnya tanpa menutup pintu. Pintu rumahnya di buka dengan kasar, air mata terasa keluar begitu derasnya. Sesekali gadis itu menyeka air matanya kasar, langkahnya semakin memelan karena dada yang terasa sesak.
Napasnya terengah-engah, ia mencoba untuk meraih meja yang ada di sampingnya, tapi tubuhnya melemas seketika. Asra jatuh, isakannya semakin mengeras. Perasaannya begitu kacau, memori-memori indah kembali berputar secara otomatis, terlalu manis untuk di tinggalkan. Terlalu banyak jika harus di lupaka dengan cepat.
Gadis itu mencoba untuk menghembuskan napas panjang, mengeluarkan secara perlahan beberapa kali sampai ia bisa untuk berdiri lagi. Kakinya mulai mengambil langkah kecil, menuju tangga yang lumayan dekat dengan tempatnya saat ini.