Pintu toilet itu terbuka lebar, menampakkan sosok gadis dengan handuk yang melingkar di atas kepalanya yang masih basah. Melangkah keluar menuju nakas yang dekat dengan ranjangnya. Meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas dengan kening bertaut dalam.
Sebuah pesan singkat dari Alzam, keningnya semakin bertaut dalam. Raut mukanya berubah menjadi panik saat itu juga. Ebi segera mengganti pakaiannya, dan merapikan rambutnya dengan cepat.
Setelah selesai ia segera berlari keluar. Mencari-cari tukang ojek, atau bus yang lewat, tapi tidak ada. Gadis itu memilih untuk kembali berlari menyusuri jalanan. Langkahnya yang kecil membuatnya semakin kelelahan, apa lagi jarak bandara dengan jarak rumahnya begitu jauh.
"Akh!"
Gadis itu tersungkur, pergelengan kakinya terasa begitu sakit. Namun, rasa sakitnya tidak membuat Ebi patah semangat. Ia masih terus berjalan meskipun tertatih, mencari-cari bus atau taxi karena waktunya tidak banyak.
"Taxi!" teriak Ebi sambil melambaikan tangan.
