Wildan menutup menyimpan benda pipih itu ke dalam saku celana begitu Alfa memutuskan sambungan telepon. Kekehannya masih ada sampai sekarang, helaan napas samar dia gunakan untuk menyudahi tawa yang sudah hambar itu.
Cowok itu mulai melangkah memasuki club malam yang begitu ramai dengan lampu warna-warni membuat mata tidak nyaman. Kepulan asap rokok beserta wangi alkohol menyambutnya begitu Wildan masuk lebih dalam.
Wildan merebahkan tubuhnya di atas sofa hitam yang di huni sebagian besar teman-temannya. Mereka sedang asyik bercerita sambil merokok, sesekali cowok bernama Digo dengan kacamata bulat itu menuangkan wine pada gelas kaca berukuran kecil.
Minuman berwarna merah itu ditegak dengan cepat, tapi ada beberapa orang yang menikmatinya secara perlahan. Rasanya memang enak, manis lebih tepatnya.
"Lo dari mana aja?" ucap Digo sambil meletakkan gelas kosongnya di atas meja, kembali menyandarkan punggungnya pada punggung sofa.