"Aku siap menunggu sampai waktunya tiba," jawab Pendekar Pedang Pencabut Nyawa dengan nada datar.
Sekali pun dia tahu bahwa harapan untul menang sangatlah kecil, namun dalam hatinya tak ada sedikit pun perasaan takut. Yang ada hanyalah kobaran api dendam, dendam membara yang sudah menyatu dengan darah dan dagingnya sendiri.
Sekali pun di hadapannya sudah ada dua tokoh kelas atau dunia persilatan, Raka Kamandaka selalu siap jika harus disuruh untuk menghadapi mereka. Masalah menang atau kalah, itu urusan belakangan.
Untuk saat ini, yang terpenting dia harus berani menghadapi dulu mereka. Sebagai seorang pendekar yang mempunyai jiwa sekokoh gunung, sekali melangkah maka pantang baginya untuk mengundurkan diri.
Malam semakin kelam. Kegelapan yang menyelimuti bumi menebarkan hawa mencekam. Rembulan sudah menghilang tertutup oleh awan kelabu. Bintang-bintang pun telah lenyap dari pandangan mata.