Wanita bercadar putih dan Senopati Taruma Sena masih berdiri. Mereka telah kembali ke tempat semula. Namun dua orang itu tetap dalam perasaan yang sama. Kemarahan mereka sudah berkobar dengan hebat. Seperti api abadi yang tidak bisa dipadamkan.
Empat orang itu kembali berhadapan satu sama lain. Hawa pembunuh yang sangat kuat terpancar keluar dari tubuh mereka masing-masing.
Tidak ada yang bicara. Satu sama lain sedang mengumpulkan tenaga dan kepercayaan dirinya masing-masing.
"Sudah tidak waktunya," ujar Senopati Taruma Sena dengan nada sedingin es.
Walaupun ucapan orang itu pendek, tapi Raka Kamandaka dan Arya Saloka sudah mengerti apa maksudnya.
"Tunggu sebentar, masih ada sesuatu yang ingin aku bicarakan," ucap Arya Saloka berusaha mencegah.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Jika akan menghadapi pertarungan hidup dan mati, lebih baik kau jangan banyak bicara,"
"Kenapa?"
"Karena hal itu bisa mempengaruhi dirimu sendiri,"