Waktu terus berlalu kembali. Kentongan pertama sudah berbunyi. Hawa semakin dingin. Kedinginan itu serasa menusuk tulang belulang. Semilir angin gunung menggoyangkan dahan pohon, mengibarkan pakaian para tokoh persilatan.
Dua pertandingan telah berlalu. Untuk sementara ini, kedudukan pihak pendekar Tanah Pasundan berada di pihak yang diuntungkan. Mereka mempunyai skor dua. Sedangkan lawan masih kosong.
Tetapi bukan berarti hal itu bisa menentukan bahwa pihak mereka akan keluar sebagai pemenang. Sebab masih ada tiga pertandingan lain yang harus digelar.
Sekarang di arena pertandingan telah berdiri Raka Kamandaka dan Cantaka Cakrawala. Kedua orang itu adalah musuh besar. Keinginan membunuh di antara mereka sudah tidak bisa dibayangkan lagi. Khususnya dendam di hati Pendekar Pedang Pencabut Nyawa.
Peristiwa berdarah yang menimpa keluarga dan gurunya adalah hasil karya orang tua di hadapannya saat ini. Dan mengenai hal itu, baginya tidak ada kata maaf ataupun pengampunan.
