Namun tidak salah juga dia dijadikan orang kepercayaan majikannya, ternyata ilmu silat Cupata benar-benar dapat diandalkan. Walaupun serangan si Ular Angin mampu mendatangkan deru angin tajam dan suara mendesing, tetapi dia tetap gesit dalam menghindarinya.
Tubuhnya berkelebat seperti asap. Ke sana kemari, bebas tanpa hambatan. Bersamaan dengan gerakan tersebut, dirinya juga ikut pula membalas serangan lawan dengan gencar.
Suasana di sana langsung diselimuti oleh nafsu membunuh. Kedua belah pihak sama-sama menyerang. Benturan tangan dan kaki tidak bisa terhindarkan lagi.
Di sisi arena, para pendekar yang menyaksikan pertarungan itu pun ikut merasa tegang. Sebab semakin lama mereka bertarung, serangan yang dilancarkan juga semakin hebat.