Sementara di gelanggang pertarungan, Pendekar Pedang Pencabut Nyawa sudah kembali berhadapan dengan Racun Timur. Kedua orang itu saling pandang. Masing-masing tatapan mereka memancarkan dendamnya tersendiri.
Hawa pembunuhan sudah menyelimuti tubuh keduanya. Begitu juga dengan hawa kematian.
Tetapi hingga sekian lamanya, di antara belum juga ada yang bergerak. Entah apakah keduanya sedang menunggu waktu yang tepat, atau karena ada alasan lainnya lagi?
"Ilmu pedangmu sangat lihai," kata Racun Timur tiba-tiba memuji Raka Kamandaka.
"Terimakasih," jawab Raka singkat.
"Sepertinya kau sudah jauh melebihi kemampuan Ayah dan gurumu," lanjut Racun Timur.
Raka tidak menjawab. Dia hanya diam mendengarkan. Pemuda itu ingin tahu apa yang akan dikatakan oleh orang tua itu selanjutnya.
"Jika mereka masih ada, mungkin keduanya akan merasa gembira karena mempunyai orang seperti dirimu,"
"Sayang sekali mereka sudah tidak ada,"